KONFIGURASI POLITIK 2020, SBT MENCARI PEMIMPIN

Opini dan Artikel Pendidikan
PENULIS “KONFIGURASI POLITIK 2020, SBT MENCARI PEMIMPIN,” SOFYAN KELIAN, S. KOM

KABARTERKINI.NEWS– DALAM skema praksis momentum politik di Kabupaten Yang berjuluk Ita Wotu Nusa dewasa ini menjadi diskursus hangat dari berbagai kalangan aktivis sampai pada kalangan akar rumput yang terbersit di benak ketika polemik itu terjadi.

Saya asumsikan demikian, karena kesibukan rakyat untuk berpikir terpencar dalam menentukan seorang pemimpin yang Ideal. Ini merupakan gejala psikis normal yang lahir dari hati nurani rakyat seram bagian timur saat ini. mudah-mudahan istilah ini benar.

Tapi..?. Okelah, setelah adanya keributan politik. Kenyataannya kesimpangsiuran rakyat semakin tidak terarah. Isue-isue referendum sebagai indikator kultur politik masyarakat semestinya para pelaku politik harusnya memberi pemahaman kepada kaum akar rumput agar memahami benar terkait struktur kekuasaan dan mereferensi ulang terkait kultur politik yang terkesan harmonis.

Di sini Saya ingin menjelaskan kontra produktifnya isue yang sengaja di tiupkan dari berbagai elemen bila dikaitkan dengan partisipasi rakyat sebagai peserta pemilih dalam konteks Berdemokrasi bahwasanya gonjang-ganjing yang dimainkan bertujuan untuk melahirkan suatu pragmentasi baru dari ruang publik masyarakat yang notabene sedang terkena musibah sosial. Dalam proses itulah hipotesa yang bisa dibangun.

Pertama, Hipotesa kuno ” pengalihan pandangan disetiap rezim Kepemimpinan.

Kedua, Dalam siklus yang faktual, bahwa perubahan sosial akhir-akhir ini tidak sebanding dengan keinginan kita untuk membawa kerangka pikir mereka yang sedang terjangkit kesenjangan sosial agar bimbang menentukan sikap keberpolitikannya dengan kata lain, isue politik yang dibangun kekinian adalah lebih dalam kerangka mendiskriminasi, Mendikotomi Bahkan ada Semprotan pedas yang di laraskan kepribadian seseorang ansih, ketimbang prospek suatu demokrasi yang luhur dan Santun. Kendati Saya tidak menutup mata, apabila kita bisa mereduksi, bahwa Pemuda, mahasiswa, Aktivis dan Masyarakat SBT secara totalitas harusnya ikut berperan aktif untuk meracik momentum Yang Insha Allah dihelat pada 2020 mendatang bahwa mestinya dalam mekanisme politik yang berbeda sejauh yang pernah di lalui.

Kembali mengacu pada judul di atas bahwa, sesungguhnya kita tidak mentransformasikan nilai-nilai politik, baik dalam konteks pencitraan, terlebih lagi dalam konteks pemetaan mekanisme politik di masa depan. Ini kalau kita percaya, bahwa politik itu sesungguhnya miliknya rakyat. Namun, apabila anasir-anasir politik lebih didaulatkan oleh para golongan tertentu dengan keberantakan internal melalui “rasa ketakutan yang berkelebihan”, maka hasilnya sudah dapat diduga bahwa mekanisme keberpolitikan kita tidak berinteraksi secara langsung dan sistem komparador, oligarki, oligopoli yang bermuara pada politik kekeluargaan menjadi pilihan yang terburuk bagi masyarakat Seram Bagian Timur di masa yang akan datang. Waduuuh..! Kasihan generasi dan kaum akar rumput.

Kesimpulannya, bahwa demokratisasi seperti itu yang nanti justru menyempitkan nilai-nilai demokrasi rakyat. Singkat kata saya, bahwa polesan di atas terdapat lima unsur yang dapat kita petik sebagai corong terdepan untuk memberikan pelayanan pendidikan politik yang lebih baik dan harusnya di singkirkan yakni :

Pertama, Di hapuskan politik pencitraan.
Kedua, Kultur politik untuk perubahan SBT lima tahun dan seterusnya akan tercabik jika masih mengandalkan sistem money politic (politik uang) dan agresif politik (politik di bawah tekanan).

Sebuah tujuan tanpa perencanaan hanya menjadi harapan, yang terpenting bukanlah Kemenangannya tetapi usaha untuk pencapaiannya.

Jika anda ragu-ragu atas dasar mempertimbangkan secara matang sehingga keputusannya agak lama, itu lain soal. Tetapi secara psikologis, publik ingin merespon cepat dari pemimpinnya. Dengan begitu, publik punya sandaran, merasa tentram dan aman karena berpolitik santun adalah tentang bagaimana tersenyum, saling menyapa & normatif.

Politik ber-etika adalah tidak mencuri uang & suara dalam pemilu. Saya percaya Ideologi itu berawal dari goresan, bahkan ada teman saya yang bercita-citakan mengubah pola pikir masyarakat melalui tulisan. Olehnya itu, Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban tentang yang dipimpinnya karena sesungguhnya hati menjadi pusat pengambilan keputusan, maka jagalah ia sebaik-baiknya, sebab kita warga masyarakat Kabupaten Seram Bagian Timur secara totalitas Berharap bahwa mari kita mengedukasikan pendidikan politik dengan tanpa mendikotomi, mendiskriminasi serta mendzolimi kepribadian orang lain.

Penulis : Sofyan Kelian, S.I.Kom

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *