KABARTERKINI.NEWS — Ratusan pedagang Mardika bersama ketua-ketua jalur Tanda Tangani Petisi Mosi Tidak Percaya Terhadap pemerintah kota Ambon, Minggu (09/03).
Petisi itu dilatar belakangi dengan kekecewaan pedagang dan ketua-ketua jalur Angkot terhadap pemerintah kota Ambon yang dinilai plin-plan dan tidak serius menangani masalah hajat hidup ratusan pedang Mardika dan ratusan sopir angkot.
Ketua -ketua jalur Angkot mengaku, masalah utama mereka adalah terkait hadirnya transportasi online sepreti maxim dan masalah lain adalah soal BBM. Sementara persoalan lapak, justru menguntukan mereka dari segi kapasitas penumpang. Jadi masalah lapak PKL di pinggiran Mardika tidak ada kaitannya dengan masalah sopir angkot sebagaimana digembar-gemborkan pemerintah kota hampir dua bulan terakhir.
Ketua-ketua jalur yang bersikap itu diantaranya, Jalur Laha membawahi 4 jalur yang dikoordinatori atau diketuai oleh Fredik, Ketua Jalur Passo yang membawahi 10 jalur oleh Ishak Pelemonia, Jalur Stain membawahi 6 jalur oleh Kasim Anna, jalur Tantui oleh Zaenuddin, dan Talake oleh La Anne.
Rapat berjung tanda tangan petisi mosi tidak percaya. Sebelumnya mereka berbicara terkait masalah keresahan para para sopir angkot.
Dimana bahasan utama terkait pedagang bagian tengah terminal Mardika yang menggelar lapaknya jam enam sore sesuai kesepakatan bersama.
Namun masalah tersebut muncul ketika pedagang bagian tengah sudah menggelar dagangan lebih awal atau belum jam enam sudah membuka lapaknya di tengah tengah terminal.
Ditamba pula, pedang bagian tengah tidak kooperatif membuka jalur atau akses masuk mobil yang luas sehingga keresahan sopir angkot itu makin menjadi-jadi.
Perihal masalah tersebut, dibahas bersamankurang lebih dua jam dalam rapat.
Khusus keresahan sopir angkot terhadap kondisional pedagang di tengah terminal Mardika, rapat bersama itu menyimpulkan sedikitnya beberapa point sebagai berikut:
- Pedagang di terminal bagian tengah harus serta wajib memperhatikan waktu sebagaimana kesepakatan berjualan di pukul 6 Sore.
- Pedagang di Terminal bagian tengah harus memberikan akses luas sedikitnya dua jalur mobil lalu lalang
- Pedagang di terminal bagian tengah jika tidak menghendaki keinginan ini maka lebih baik bubar dan sopir angkot akan boikot terminal bagian dalam
- Pengurus Paguyuban wajib memantau kesepakatan tersebut dan turut serta menegakan kesepakatan yang telah dibuat bersama.
Perihal itu, Ketua Jalur Passo, Ishak Pelemonia menyatakan, dalam pertemuan dirinya dan para ketua-ketua jalur yang lain bersikap keluar dari ASKA.
“Hari ini kami bersama dengan pedagang, maupun paguyuban Terminal Mardika, kami ketua ketua jalur terutama jalur Passo, kami tidak ada mendukung satupun, tapi kami hadir di sini keterpanggilan kami sebagai pengemudi untuk melihat bersama dengan para PKL.”
“Kita mendukung pembangunan lapak kembali, karena tanpa lapak kami pengemudi kurang dapat penumpang. Ini alasam pernyataan sikap yang saya sampaikan secara langsung. Pemerintah tolong melihat hal ini ke depan, jangan membiarkan kami para pengemudi maupun pedagang seperti ini,” ungkap dia menambahkan.
Sementara ketua jalur Stain, Kasim Anna meminta kepada Paguyuban Terminal Mardika untuk bisa meminimalisir para pedagang-pedagang yang berjualan di bagian tengah supaya mereka bisa memberikan kesempatan kepada mobil angkot untuk bisa masuk dengan aman dan nyaman di dalam terminal itu.
Senda disampaikan ketua Jalur Angkot Talake, La Anne tegas meminta, “Yang saya minta pengurus organisasi pedagang dan pemerintah tolong perhatikan pedagang bagian tengah terminal.”
Kalau untuk tpembangunan lapak di pinggiran terminal itu kata dia, tidak ada masalah. Pihaknya pun tidak melarang untuk berjualan atau membangun.
“yang kita minta tolong tertibkan yang di tengah dan berikan jam-jam tertentu supaya mereka bisa masuk berjualan di dalam terminal, jangan menghambat saat kami sedangan beroperasi.**** Rdks