KABARTERKINI.NEWS– Mewakili Bupati kabupaten Seram Bagian Barat (SBB), asisten 1 Setda SBB, Zeth Selano membuka secara resmi panas pela Sohuwe dan Lumapelu.
Kesakralan ritual panas pela dipusatkan di balai pertemuan Negeri Lumapelu Kecamatan Taniwel Timur Kabupaten Seram Bagian Barat, Senin (15/07).
Turut hadir Kepala Dinas (Kadis) catatan Sipil dan Kependudukan, Dominggus Ahiyate, Camat Taniwel Timur Mery Matitale, Kapolsek Taniwel Timur Iptu Fransisca Iwane, Pejabat Sohuwe dan Lumapelu,Tokoh Adat,Agama,dan tokoh masyarakat dan masyarakat kedua negeri sohuwe dan Lumapelu.
Bupati dalam sambutan yang dibacakan assisten 1 Setda SBB Zeth Selano menegaskan Panas Pela bukan sekedar ekspresi serimonial acara adat semata melainkan lebih dari itu.
“Even ini bukan saja memberikan pesan adat dan budaya bagi kita semua tetapi yang terpenting adalah memberikan pesan moral bagi kita akan pentingnya kebersamaan hidup orang bersaudara,” ungkap Selano.
Selano dalam sambutan yang dibacakan tersebut berharap panas pela dan adat ini dapat memberikan kesan moral kultural dan religiutas yang bermakna.
“Ini yang harus dipertahankan oleh masyarakat , tentang nilai kasih, menyayangi, serta adat istiadat sebagai sebagai modal sosial dalam mewujudkan kedamaian dan kesejahteraan hidup bersama,” tandas Selano.
Panas Pela menurut sambutan Bupati yang dibacakan itu merupakan warisan berharga moyang-moyang dan datuk-datuk, sekaligus sebagai tanda pengingat kepada generasi penerus. Bahwa kita memiliki warisan identitas budaya yang patut dibanggakan dengan tidak melupakan asal usul.
“Kita patut bangga sebagai pembuktian bahwa agama , adat dan budaya bisa menciptakan keharmonisan dan kedamaian hidup,” ungkapnya.
Sisi lain menurut Bupati dalam sambutan tersebut, Panas Pela merupakan upaya revitalisasi kearifan lokal dimana setiap kebudayaan lokal merupakan bagian dari khazanah kebudayaan Nusantara.
Revitalisasi kearifan lokal dalam panas Pela ini merupakan upaya kita untuk mentransformasikan nilai-nilai kearifan lokal, khususnya kesadaran hidup orang Basudara dalam menghadapi dinamika masyarakat yang makin multikultural dewasa ini.
“Untuk itu , saya meminta para raja/Latupati untuk kembali melakukan revitalisasi nilai-nilai kearifan lokal sebagai modal sosial kultural dalam rangka membangun Maluku yang rukun, religius, damai, sejahtera, aman dan berkualitas dijiwai semangat orang Basudara” Imbuhnya*** Fit