KABARTERKINI.NEWS– Program studi Agama dan Budaya, Fakultas Ilmu Sosial Keagamaan, Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Ambon, gelar kegiatan Ngobrol Pintar (NGOPI) yang ke-11, Jumat, (01/12).
Kegiatan tersebut mengusung tema Smart People, Anti Kekerasan. Berlansung sekitar dua jam dengan menghadirkan Priska Birahy, kontributor kompas.com untuk Maluku sebagai narasumber.
Perihal kegiatan tersebut, Ketua Program Studi Agama dan Budaya (AB) Marlin Christina Laimeheriwa, menyatakan, usungan tema tersebut sengaja dipilih, selain karna salah satu profil dari prodi AB yaitu aktivis tetapi juga karna konten tersebut penting untuk dipelajari semua orang.
“Kenapa kali ini kita memilih itu, sebab salah satu profil dari pada prodi agama budaya adalah menjadi seorang aktifis/jurnalis, karenanya di dalam setiap kegiatan, dimensi jurnalis itu harus masuk,” tegasnya.
Tapi sebetulnya kata dia, ini bukan soal jurnalis saja sebab konten yang penting untuk dipelajari semua orang alias dapat memberikan eduksi.
“Bagaimana mencerna berita, bagaimana melihat berita secara kritis, supaya proses penyebaran berita juga tidak menimbulkan yang namanya disrupsi informasi maupun juga kekacauan informasi, pungkas Marlin.
Ngobrol Pintar secara antusias diikuti Mahasiswa. Diketahui, kegiatan yang dipandu Beatriz B. Tanasale, salah satu dosen prodi ilmu komunikasi itu berlansung alot, diwarnai tanya jawab dari mahasiswa dan para dosen yang turut hadir dalam kegiatan tersebut.
Seperti sebelum-sebelumnya, NGOPI kali ini tidak hanya dihadiri mahasiswa program studi Agama dan Budaya tapi juga dari beberapa program studi lainnya di fakultas ilmu sosial keagamaan.
Proklamator NGOPI sekaligus Kaprodi Agama dan Budaya, Laimeheriwa menyatakan bahwa pemilihan tempat pelaksanaan di pelataran fakultas untuk mengedukasi mahasiswa “kenapa pilih biking di pelataran fakultas supaya mengedukasi semua” tuturnya.
Menyoroti kurangnya kehadiran pimpinan maupun dosen dalam kegiatan tersebut, alumnus filsafat UGM tersebut mengungkapkan bahwa kehadiran dosen menjadi edukasi bagi mahasiswa dalam mengikuti kegiatan tersebut.
“Momen ini sebenarnya sakral bagi akademik, katong semua bisa satu dan berdiskusi, karna kalau dosen hadirkan mahasiswa melihat itu, kan proses edukasi bukan hanya dari pengetahuan tapi juga perilaku,” katanya. *** TASYA