KABARTERKINI.NEWS– Konflik yang terjadi antara Negeri Hualoy dan Negeri Latu Kecamatan Amalatu Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) jika dihitung sejak awal berkecamuk, maka terhitung sudah masuk bulan ke-5 tahun 2019. Namun masalah dua negeri adat itu tak kunjung terselesaikan. Bupati dan Kapolres Kabupaten SBB begitu nyata mengacuhkan perkara konflik kedua negeri bertetangga itu.
Kejadian yang bermula dari rencana pembunuhan terhadap HS salah satu warga Hualoy berada di Ambon Kompeks Amalatu IAIN Ambon yang mengakibatkan korban cacat paten hingga kini.
Masalah merembet sampai ke Pulau seram, Kedua Negeri saling serang dan puncaknya terjadi Rabu(20/2/2019) lalu. Selain korban jiwa, akibat dari bentrok dua kampung itu membuat, 1 Unit Gedung SD Negeri 1 Hualoy, SD Negeri 2 Hualoy, 2 unit Perumahan Guru dan 1 unit gedung SMP Negeri 11 Kairatu hangus terbakar akibat ledakan Bom Rakitan.
selain itu, rumah milik Bapak Hambah Manuputy, Mansur Manuputy, Mansun Manuputy, juga terkena imbas amukan warga kedua negeri.
Selanjutnya terjadinya pembacokan sehingga merenggut nyawa SL warga Hualoy yang disaksikan oleh keluarga korban itu sendiri namun sampai saat ini tidak ada penanganan serius dari Bupati dan Pihak Polres SBB dan terkesan acuh dengan konflik kedua negeri bertetangga.
Namun katanya indentitas Pelaku yang sudah diketahui sampai sejauh ini, baik oleh Polres pulau Ambon yang menangani kasus rencana pembunuahan terahdal HS maupun pembunuhan terahadap SHL di hutan Latu hingga saat ini belum diringkus oleh pihak berwajib.
Salah satu tokoh masyarakat Hualoy yang namanya enggan dipublis sangat menyesalkan atas tindakan Pemda SBB yang tidak fokus menyelesaikan persoalan itu. Diakui, Pemerintah dibawah pimpinan Moh. Yasin Payapo hanya sekali membuat upaya mediasi dan itu pun tidak mendapat kata sepakat dari kedua bela pihak hingga saat ini.
“Ini Pembiaraan masalah. Pemerintah Kabupaten SBB maupun Polres SBB punya cuek ini pada akhirnya menimbulkan konflik berkepanjangan,” jelasnya.
Dikatakannya, Mosi tidak percaya yang dilakukan oleh masyarakat hualoy dengan memblokade Jalan utama pulau seram dilakukan berulang-ulang.
Hal ini dilakukan karena masyarakat Hualoy bahkan Lattu sangat kecewa dengan Pemrintah Kabupaten SBB maupun Pihak Kepolisian yang lamban terhadap penanganan masalah.
“Masalah dibiarkan berlarur-latur dan akhirnya menimbulkan korban jiwa kembali,” tegasnya.
Dia menilai, jalan akhir menindaklanjuti persoalan ini adalah kepada Gubenur, Kapolda, Pangdam XVI Pattimura serta Kakanwil Provinsi Maluku sebagai mediator untuk menyelesaikan semuanya. Unsur yang targabung dalam Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompimda) diharapkan menaruh perhatian terhadap kejadian mengerikan itu.
“Kami kecewa dengan Polres SBB dan Bupati Acim Payapo. Harap Forkopimda melihat hal ini,” singkatnya.
Ditambahkan, penyelesaian masalah harus berakhir dengan penyerahan dan penangkapan pelaku dari pembantaian Syamsul Hehanussa maupun Haldun Esomara Hehanusa dan aktor intlektual dari Negeri Latu terahap rentetan kejadian ini.
“Jika tidak masyarakat akan mengambil langkah sendri sesuai hukum adat,” akuinya.
Menutup keterangan narasumber yang identitasnya kami (redaksi) sembunyikan menyetakan aparat kepolisian dan TNI sore tadi berupaya untuk membuka blokade jalan namun gagal. Masyarakat Hualoy dan Tomalehu menghalau petugas dengan tuntutan pelaku harus segara ditangkap baru pemblokiran jalan dibuka.*** Fit/Rul/Dod