KABARTERKINI.NEWS – Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Seram Bagian Barat Mansur Tuharea,SH, membuka forum pelembagaan perdamaian di Kabupaten Seram Bagian Barat yang di selenggarakan oleh Kementrian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Direktorat Penanganan Daerah Pasca Konflik.
Kegiatan dipusatkan di aula pertemuan Hotel Amboina Desa Piru Kecamatan Seram Barat Kabupaten SBB. Rabu 10/7/2019
Turut hadir Perwakilan Kementrian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Direktorat Penanganan Daerah Pasca Konflik oleh Kasubdit pdpk Wilayah IV Swasnita Sihotang, Kasi Pencegahan Diretorat pdpk wilayah IV Slamet, dan Kasi Pemulihan Direktorat pdpk wilayah IV King Faradai Wokas beserta rombongan
Pemkab SBB dihadiri oleh Kesbang Pol SBB H. Saban Patty, Kadis Pariwisata SBB J.M Soukota ,perwakilan Pengadilan Negeri SBB, Perwakilan Kejari SBB, Camat Se – Kabupaten SBB, Perwakilan KNPI SBB Tokoh Agama dan Masyarakat serta undangan lainnya.
Mewakili Bupati SBB Moh Yasin Payapo, Sekda SBB Mansur Tuharea,SH dalam sambutannya atas nama pemerintah daerah mengucapkan terima kasih kepada Direktur Kementrian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Direktorat Penanganan Daerah Pasca Konflik.
” Lebih khususnya kepada bapak direktur penanganan daerah paska konflik serta rombong, yang sudah menyempatkan waktu melihat atau mangente kami basudara di bumi saka mese nusa kabupaten seram bagian barat . Perjumpaan ini dalam bahasa orang maluku,mengatakan “BAKU DAPA PAR KASE BAE,” ucap Tuharea
Menurut Tuharea, penyelenggaraan acara di hari ini , juga merupakan kebanggaan kita bersama dalam kultur masyarakat yang kebhinekaan.
Nilai-nilai luhur bangsa yang selalu menjadi dasar rekatan persatuan dan kesatuan adalah bukti dari jiwa dan semboyan dalam kehidupan bangsa indonesia yaitu pancasila,sebagai wujud dari implementasi konstitusi negara kesatuan republik indonesia,” ungkap Tuharea
Tuharea menjelaskan,perdamaian adalah wujud dari konsep kehidupan yang sudah mendunia secara internasional , dicanangkan oleh seluruh negara di dunia , yang digalakan melalui gong perdamaian . Untuk itu masyarakat maluku tidak akan pernah melupakan peristiwa bersejarah ini.
Untuk itu Direktur penanganan daerah paska konflik dan rombongan , peristiwa konflik sosial tahun 1999 , adalah catatan sejarah bagi masyarakat maluku , termasuk kita semua yang berada di kabupaten seram bagian barat,” cetusnya
Ditambahkannya, Peristiwa-peristiwa sengketa antara kampung atau desa , kelompok atau golongan akan selalu menjadi traoma bagi semua elemen masyarakat di daerah ini,karena konflik tidak akan pernah membuahkan kebaikan . Namun sebaliknya hanya malapetaka yang diterima.
Dengan demikian budaya kita orang maluku , termasuk kabupaten seram bagian barat adalah pela deng gandong, adik deng kaka , wari dan wa harus selalu di panaskan .
Hidup yang baku dukung bukan baku marah. Hidup baku lia bukan bakalai.budaya inilah yang akan selalu memanasi hidup damai,seperti yang di harapkan oleh pemerintah dan kita semua saat ini,” tutup Tuharea***FIT