Opini, KABARTERKINI.NEWS – Bekerjalah untuk duniamu seakan akan kamu akan hidup selamnya, dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan akan kamu akan mati besok. Begitulah keterangan dalam sebuah hadis. Berkaitan dengan judul di atas, saya pernah membuat quetos yang cukup berani. “Bagiku semua kebaikan dan kebenaran adalah islam, itulah mengapa islam sebagai rahmat bagi semesta alam”. Sabtu, (05/01).
Kemungkinan terlalu subjektif, namun tulisan itu ada sebagai tanggapan terhadap orang-orang yang memiliki fanatik berlebihan. Menganggap sesuatu yang di luar diri dan golongannya adalah kesalahan fatal. Padahal Maulana Rumi telah sampaikan lewat Fihi ma Fihi_nya. “Coba kalian tunjukan kepada saya satu kebaikan yang tidak ada keburukan di dalamnya, begitu juga sebaliknya”.
Berbicara tentang ekonomi, kita di perhadpakan oleh tiga sistem besar. Yaitu, kapitalis, sosialis, dan islam. Seperti dijelaskan, waktu itu saya masih di alam ide, belum menemukan wadah untuk menjadi manusia. Menurut prespektif Plato.
Dalam suasana tegang sidang worms, tempat di mana Marthin Luther menolak untuk menarik sembilan puluh lima tesisnya yang di anggap sesat oleh gereja katolik. Termasuk salah satunya adalah tentang Paus Leo yang ingin mendirikan gereja termegah di eropa dengan menjual sertifikat penebusan dosa, sehingga para golongan protes berdiri di sebrang dan mendeklarasikan diri mereka sebagai penganut agama protestan.
Inilah cikal bakal lahirnya etika protestan dan spirit kapitalisme.
Awalnya mereka bekerja untuk memenuhi kebutuhan agama dengan dalil bahwa, keberhasilan dunia adalah keberhasilan di akhirat. Jika di dunia kaya maka di ahirat pun akan meraih syurga, begitu juga sebaliknya.
Dalil ini di bawa oleh Calvin dari Eropa ke Amerika dan menyebar ke Asia hingga kini. Seiring berjalannya waktu spirit itu berubah menjadi keserakahan.
Dalam perekonomian kapitalis setiap warga dapat mengatur nasibnya sendiri sesuai dengan kemampuannya. Semua orang bebas bersaing dalam bisnis untuk memperoleh laba sebesar-besarnya. Semua orang bebas malakukan kompetisi untuk memenangkan persaingan bebas dengan berbagai cara.
Sistem ekonomi sosialis mempunyai tujuan kemakmuran bersama, filosofi ekonomi sosialis adalah bagaimana mendapatkan kesejahteraan, perkembangan sosialisme dimulai dari kritik terhadap kapitalisme yang pada waktu itu kapitalis atau kaum borjuis mendapat legitimasi gereja untuk mengeksploitasi buruh. Inilah yang menjadikan Karl Marx mengkritik sistem kapitalis sebagai ekonomi yang tidak sesuai dengan aspek kemasyarakatan.
Menurut Marx, tidak ada tempat bagi kapitalisme didalam kehidupan, maka upaya revolusioner harus dilakuakan untuk menghancurkan kapitalisme, alat-alat produksi harus dikuasai oleh Negara guna melindungi rakyat. Kerancuan dan kemalasan bagi masyarakat untuk berkarya itulah imbasnya. Bukan hanya itu, praktek soaialis sensidiri pun akan mengarahkan individu yang gemar menabung menjadi kapitalis. Lihat negara-negara sosialis seperti Rusia dan China.
Kelemahan dua ideologi di atas telah sama-sama kita ketahui, dari sini timbul pertanyaan. Adakah sistim ekonomi yang mampu membawa umat manusia kepada kesejahteraan tanpa mengeksploitasi dan memonopoli atau tanpa menekan kebebasab berkarya? Jawababnya adalah yaitu, Ekonomi Islam.
Ekonomi Islam mempunyai tujuan untuk memberikan keselarasan bagi kehidupan di dunia. Nilai Islam bukan semata-semata hanya untuk kehidupan muslim saja, tetapi seluruh mahluk hidup di muka bumi. Esensi proses Ekonomi Islam adalah pemenuhan kebutuhan manusia yang berlandaskan nilai-nilai Islam guna mencapai pada tujuan agama (falah).
Dawam Rahardjo mengatakan, Ekonomi Islam dapat dibagi kedalam tiga arti. Pertama, yang dimaksud ekonomi islam adalah ilmu ekonomi yang berdasarkan nilai atau ajaran islam. Kedua, yang dimaksud ekonomi islam ialah sebagai suatu sistem. Sistem menyangkut pengaturan yaitu pengaturan kegiatan ekonomi dalam suatu masyarakat atau negara berdasarkan suatu cara atau metode tertentu. Ketiga, ekonomi islam dalam pengertian perekonomian umat islam.
Ketiga wilayah tersebut, yaitu teori, kegiatan dan sistem ekonomi umat islam merupakan tiga pilar yang harus membentuk sebuah sinergi. Tentu Ekonomi Islam sangat peka terhadap aspek moral dan etika terhadap pelaku ekonomi itu sendiri, sehingga kenapa Ekonomi islam dapat di katakan memenuhi syarat untuk memperbaiki ekonomi dunia.
Sistim ekonomi islam sendiri yang dasarnya dari Al-quran dan hadist, sesuai dengan defenisi Ekonomi Islam menurut para pakar seperti Yusuf Qardawi, “Ekonomi Islam adalah ekonomi yang berdasar ketuhanan”. Meski demikian Ekonomi Islam tidak terlepas dari ekonomi sosialis dan kapitalis secara keseluruhan. Artinya, ada nilai-nilai positif dari sosialis dan kapitalis yang di pakai oleh islam.
Islam mengajarkan kebebasan untuk mencari harta dunia seperti kapitalis, Islam juga mengajarkan untuk tidak mengeksploitasi dan mengkebiri hak orang lain serta pentingnya berbagi seperti sosialis. Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapatkan bahagian” (QS. Adz-Dzariyat: 19). Ayat ini sekaligus mempertegas islam sebagai rahmat bagi semesta alam.
Sebagai penutup, “sebaik apapun sebuah sistim jika tidak ditopang dengan aspek moral dan etika yang baik sama seperti membuang garam ke laut. Sebab kemiskinan tidak mendarat dari langit, tapi mengudara dari struktur yang membatu di bumi. (Negara bagian dunia ke tiga).
Penulis adalah mahasiswa pada jurusan Ekonomi Syariah Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ambon. **Editor |Sofyan