KABARTERKINI.NEWS– Kementerian Agama (Kemenag) terus melakukan upaya pengembangan program moderasi dan deradikalisasi beragama di seluruh pelosok negeri.
Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Kemenag Provinsi Maluku, Fesal Musaad mengatakan, Maluku adalah class room (rumah belajar) yang sudah teruji dan terbukti dalam mengatasi persoalan kebangsaan bagi sejumlah negara luar.
“Kalau kita mau belajar tentang kerukunan dan moderasi beragama, deradikalisasi agama, tidak perlu baca buku yang panjang, datang saja ke Maluku,” ajak Kakanwil dsambut tepuk tangan ASN beserta tokoh MUI acara Silaturahmi Bersama Wakil Menteri Agama (Wamenag) RI, Zainut Tauhid Sa’adi di Aula Kanwil Kemenag Maluku, Ambon, Senin (25/11).
Silaturahmi Wamenag RI Bersama ASN dan MUI yang digelar Kanwil Kemenag Maluku ini turur dihadiri Sekretaris Ditjen Bimas Islam Kemenag RI, Tarmidzi Tohor, Rektor IAIN Ambon, Hasbollah Toisuta, Rektor IAKN Ambon, Agusthina Christina Kakiay, Ketua MUI Maluku, Abdullah Latuapo dan jajarannya serta seluruh pejabat eselon III/IV dan ASN di lingkungan Kemenag Maluku.
Dihadapan Wamenag, Kakanwil menerangkan alasan dibalik kenapa Maluku layak dijadikan tempat belajar bagaimana program moderasi dan deradikalisasi itu bisa berjalan dengan baik. Dijelaskannya, daerah ini mampu mengubah kisah pahit di tahun 1999 silam menjadi cerita manis tentang indahnya kerukunan hidup umat beragama.
“Maluku pada tahun 1999 terjadi konflik horizontal. Sekarang Maluku punya cerita sukses, indeks kerukunan Provinsi Maluku ranking tiga terbaik tingkat nasional sejak 2017,” ungkapnya.
“Indeks kebahagiaan dan demokrasi berdasarkan survei BPS 2017 dan 2018 juga terbaik di Indonesia. Bahkan, Ambon pada tahun 2018 mendapat Harmony Award dari Menteri Agama,” sambungnya.
Kakanwil menguraikan lebih lanjut, tidak hanya sukses keluar dengan cepat dari jeratan konflik, namun tercatat kota ini dapat memikat negara luar seperti Myanmar, Thailand, Amerika, Belanda, dan Afganistan untuk beelajar konsep kerukunan.
“Demikian juga sejumlah provinsi di Indonesia, mereka datang ke Ambon untuk belajar kerukunan,” terang Kakanwil.
Berikutnya, Ambon juga telah terbukti sukses menggelar beragam even keagamaan, baik nasional maupun internasional. Tahun 2012 misalnya, Kakanwil mengatakan, MTQ Nasional sukses digelar, disusul gelaran Pesta Paduan Suara Gerejawi (Pesparawi) Nasional di tahun yang sama.
Kisah sukses ini berlanjut pada tahun 2018, saat Maluku sukses menjadi tuan rumah Pesta Paduan Suara Gerejani (Pesparani) Nasional.
Selanjutnya, Ambon pernah menjadi tuan rumah Ajang Pemuda Lintas Iman se Asia, dan Ajang Pendidikan Damai di Asia Pasifik.
“Hari ini, ambon menjadi tuan rumah pemilihan Duta Qasidah tingkat Nasional, bahkan pada tahun 2020, Ambon juga dipercayakan sebagai tuan rumah Usawa Dharmagita tingkat Nasional,” ujarnya.
Kakanwil menilai, cerita sukses Ambon ini tidak lepas dari peran seluruh umat lintas agama untuk bekerjasama dan bahu-membahu. Masyarakat di wilayah ini saling membantu, tanpa mengenal batas agama.
“Prestasi ini harus kita jaga dan kembangkan untuk kerukunan dan perdamaian Indonesia. Damai itu indah,” ajaknya.
Seperti diketahui, Maluku adalah wilayah kepulauan dengan 92,4% laut, dan 7,6% daratan. Provinsi ini terdiri dari lebih 1.400 gugusan pulau. Ada beberapa wilayah berbatasan langsung dengan Australia, Timur Leste, dan Papua Neugini.
Berdasarkan data tahun 2018, penduduk Maluku berjumlah 1.822.282 jiwa. Sebanyak 50,76% di antaranya adalah muslim. Sementara 37,87% beragama Kristen, 10,52% Katolik, 0,27% Hindu, dan 0,13% Buddha.
Provinsi Maluku terbagi dalam 11 Kab/Kota. “Ada ratusan suku, multi etnis dan bahas, tapi rukun dalam bingkai NKRI,” pungkas Kakanwil. ***ZAM