Catatan Dibalik “Framing” Buruk Widya MI dan Raja Bawang Kota Ambon

Indonesia Indah Opini dan Artikel

Fahrul Kaisuku | Saudagar Muda Muhammadiyah Maluku

KABARTERKINI.NEWS- NAMA Alham Valeo Muncul dan terus melejit naik. Beberapa momen menangkap namanya hingga dikenal banyak dikalangan luas. Kemunculan sosok berlatar belakang pengusaha ini rupanya membuat resah satu dua oknum/pihak yang merasa disaingi.

Bukan tanpa alasan namanya mulai besar di kota Ambon, provinsi Maluku. Dirinya merupakan inisiator terbentuk Asosiasi Pedagang Mardika yang sekarang tengah dipimpinnya sebagai ketua umum.

Selain itu, Alham merupakan sosok bertangan ringan terhadap semua kalangan. Apalagi terhadap ratusan pedagang di Pasar Mardika. Dia salah satu tokoh berpengaruh dibalik lancarnya program revitalisasi pasar Mardika saat ini.

Berbagai perjuangan dirinya dan pengurus Asosiasi yang dipimpinnya, telah banyak menuai hasil di lapangan. Kecintaan masyarakat apalagi pedagang terhadap sosok tersebut tidak lagi dibendung.

Ketenarannya semakin menguat, semakin kuat pula oknum kawanan yang merasa tersaingi dan terpaksa gunakan semua cara untuk menjatuhkannya.

Hari-hari ini, berseliweran berita miring dialamatkan kepadanya. Alham dituduh menjadi aktor utama pemegang kendali penjunjukan pengelolaan parkiran kota Ambon. Bukan saja itu, oknum berani bebas beropini memprovokasi Alham dengan Ibu Gubernur Maluku, Widya Pratiwi Murad.

Padahal, jika mau dilirik, Asosiasi Pedagang dan Perparkiran kota Ambon cukup jauh arahnya. Aslinya, sosok Alham adalah pengusaha Bawang terbesar di Kota Ambon. Dikenal dengan Al Raja Bawang. Dia juga memiliki gerai toko bangunan hingga usaha usaha lainnya.

Banyak yang menduga, Alham disoroti oleh oknum yang merasa tersaingi dengan kehadiran pria kelahiran 1983 tersebut.

Meski begitu, apakah dia bersikap untuk melaporkan sejumlah oknum yang memframing miring dirinya itu?

Ternyata tidak menjadi prioritas. Dirinya lebih memilih diam dengan mencoba membuka ruang komunikasi jika ada yang hendak mengkonfirmasi langsung padanya.

Filosofi sederhana dalam pikirannya adalah, “saat ini fokus mencari solusi bukan terlena menghadapi masalah. Ketidak benaran itu akan menampakan diri. Kebenaran tidak perlu dicari, dia akan datang sendiri.”

Media menulis dirinya sebagai penerima mandat, manfaat pengelolaan parkir di kota Ambon selama masa transisi menggantikan satu perusahan sebelumnya yang sudah mengantongi nilai wanprestasi alias kondisi perusahan sebelumnya lalai dalam memenuhi perjanjiannya.

Padahal nyatanya, Dinas Perhubungan kota Ambon tidak pernah menunjuk Alham untuk menjadi orang ketiga dalam masa transisi pergantian perusahan wanprestasi tersebut.

Dinas perhubungan kota Ambon melalui kepala dinasnya sudah dengan tegas menyampaikan klarifikasinya.

Tapi anehnya, sejumlah oknum masih saja meramu opini dengan menggunakan sejumlah media online untuk terus memberitakan tanpa mempertimbangkan unsur perimbangan berita.

Semestinya, media yang mengaku dirinya besar dan kredibel harus lebih jeli dan menghindari kesalahan mendasar dalam menerbitkan suatu karya berita.

Berita-berita terkait Alham dimainkan media dengan sengaja menampilkan kehampaan mutu yang terkesan profokatif dan tidak layak dibaca.

Framing liar dan miring tanpa menuangkan klarifikasi resmi dinas perhubungan kota Ambon. Siapa yang diuntungkan dalam upaya framing buruk terhadap sosok tersebut ?.

Sampai disini, kita menyadari, media yang mana yang pantas untuk dijadikan sumber outentik. Tokoh dan relasi pekerja media mainstream mana yang layak diajak kerja sama. Ini perihal kualitas dan moralitas profesi.

Terkait tulisan singkat ini, kiranya bisa menjadi catatan bersama untuk lebih selektif memilih media untuk dijadikan referensi.

Terimakasih.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *