KABARTERKINI.NEWS– Pemberitaan di media akhir-akhir ini tentang keberadaan minuman tradisional khas masyarakat Maluku Barat Daya (MBD) yakni “Sopi”, tentunya mendapat perhatian serius semua kalangan terkhusus anak adat MBD.
Seperti yang datang dari salah satu tokoh yang cukup dikenal luas di kabupaten bertajub Kalwedo itu.
Sebut saja Odie Orno. Tokoh sentral representasi anak muda juga tokoh yang mampu merivitalisasi kalangan tua ini angkat bicara perihal kontroversi minum keras tradisional tersebut.
Menurutnya, Sopi ialah minuman tradisional yang mengandung makna filosifis kebudayaan yang begitu tinggi. Apalagi terhadap masyarakat Kalwedo.
“Sopi ini tidak boleh disamakan dengan minuman-minuman keras lainnya. Makna filosofis dalam sopi ini terlalu besar dan sulit saya ungkapkan dengan kata-kata,” akui Odie.
Odie menuturkan, hari ini ada banyak peroalan di daerah wabil khusus persoalan adat/budaya yang mulai terkikis nilainya.
Kepada wartawan media ini, Odie menuturkan, perihal Sopi, ia teringat bahasa para petua di MBD.
“Istilah sopi adalah LIRMARNA; yang terdiri dari dua kata yakni ‘Lir’ yang bararti ‘suara’, dan ‘Marna’ yang artinya ‘besar/mulia’. Jadi ‘lirmarna’ atau sopi berarti ‘SUARA YANG BESAR, SUARA YANG MULIA,” tegasnya.
Dalam kaitan ini, lanjut Odie, sopi tidak boleh dipahami lepas dari pengungkapan slogan kalwedo. Kita dibantu dengan melihat pada praktek ritus dalam komunitas MBD, di mana sebelum meminum sopi, seseorang mesti mengangkat sloki sambil berseru: ‘kalwedo’.
Dalam prakteknya, cara itu digunakan pula dalam memulai sebuah musyawarah keluarga atau musyawarah adat.
“Waktu kecil dulu, saya sering menyaksikan bahkan terlibat langsung dalam fakta-fakta tentang Sopi sebagai minuman pemersatu. Jika terjadi sebuah perselisihan dan jejak pendapat yang berpotensi rusuh, langsung diedarkan sopi dan setelah itu, perselisihan jejak pendapat itu dapat diselesaikan secara kekeluargaan,” akuinya.
Diceritakan pula,”Saya sejak masih SD selalu ikut dalam proses pembuatan sopi mulai dari Iris atau tipar mayang pohon koli hingga membantu masak atau penyulingan sopi. Dalam proses itu, melibatkan kelompok kerja masyarakat. Budaya Masohi orang Maluku begitu terasa. Saya terlibat langsung dalam proses itu sejak kecil,” kenangnya.
Sopi menurutnya menjadi material atau simbol budaya yang menyatu dengan penggunaan slogan kalwedo. Slogan itu menjadi tanda dan sopi merupakan designatum dari tanda itu.
“Sebab itu jika sopi dipahami dalam istilah ‘lirmarna’, maka penggunaan sopi di sini terjadi secara proporsional dan untuk tujuan yang baik, yakni menyelesaikan masalah dan membangun harmoni baru. Sopi menjadi designatum dari suatu situasi yang tertib dan bukan instabilitas dan disorder,” pungkasnya.
Memahami Pernyataan Gubernur
Perihal pernyataan Gubernur Maluku, Irjen Pol. (PURN) Murad Ismail, tentang larangan pelegalam sopi, Odie Orno mengakui sangat memahami kondisi provinsi saat ini.
Odie memandang pernyataan orang nomor satu di Maluku itu berkaitan dengan relativisme budaya.
“Maksudnya adalah tentang prinsip bahwa kepercayaan dan aktivitas setiap orang harus dipahami menurut budaya orang itu sendiri. Dan pak Gubernur tidak dibesarkan dalam lingkungan dan budaya sopi seperti orang Kalwedo,” ungkapnya.
Lanjut Odie, ini menjadi pekerjaan rumah para wakil rakyat, pejabat daerah di MBD untuk memberikan pemahaman kepada pemerintah provinsi agar sama-sama bisa dicarikan solusinya.
Apalagi, Sopi oleh rata rata masyarakat MBD dijadikan mata pencaharian. Produk ini menjadi sumber daya ekonomi (bahkan satu-satunya) yang mampu menghidupi keluarga.
“Ada pomeo: dari sopi lahir Jenderal, dari sopi lahir Guru, Dosen dan dari sopi lahir pula Pendeta,” ungkapnya.
Dirinya berharap, pekerjaan rumah para wakil rakayat serta para pejabat setingkat bupati dapat terselesaikan.
“Jika Perda lama dibuat., kita dorong Perbup. Agar masyarakat bisa secepatnya lepas dari jeratan keresahan saat ini,” ungkapnya.
Tanggapan Terhadap Keterlibatan Bupati MBD Dalam Pemusnahan Sopi
Geger seantero Maluku, Bupati MBD, Benyamin Noa juga ikut dalam barisan pemusnahan minuman khas tradisonal daerah yang dipimpinanya.
Kepada media ini ketika dimintai tanggapan soal keikut sertaan Bupati memusnahkan Sopi, Odie enggan berkomentar panjang lebar.
Dirinya juga tidak serta merta menyalahkan Bupati.
Dirinya memberikan ilustrasi menyikapi kejadian pada perayaan HUT Bhayangkara ke 73 tersebut.
“Jika saya menjadi Bupati dan kemudian diminta bersama memusnahkan sopi, maka saya akan meminta ijin dari seluruh jajaran Polres serta Forkopimda MBD seraya menyampaikan permohonan maaf. Bahwa saya turut mendukung namun enggan terlibat langsung. Hal ini untuk tidak mencederai hati masyarakat saya. Secara total kita sama sama perangi kriminal. Namun soal pemusnahan sopi, saya tidak terlibat langsung,” pungkasnya.*** rul