Oleh: Baim Rumadaul (Reporter Kabarterkini.news/cakra media group)
KABARTERKINI.NEWS | Jazirah ku rindu alam yang eksotis indah dan permai bagaikan permata hijau di ujung nusantara di tanah awal bait-bait doa masih tetap berguman tebing yang tinggi masih ada penghuninya yang setia pada tenda-tenda yang ramai dalam cerita dan cinta.
Negeri yang menyimpan seribu pesona alam pantai bak oasis. Di tenda-tenda masih saja ada rindu untuk negeri seperti awal, Ya Rabb semoga semuanya telah usai dan kehidupan seperti negeri yang engkau titipian pada awalnya.
November masih dalam tangga ke tujuh Orang-orang pergi dengan mimpinya satu persatu memahat jejak pada tiap detak waktu bernama kenangan. Perjalanan ini adalah bukan tradisi tapi kesempatan dan waktu.
Ya Rabb, atas perintahMu air suci yang tak mau menerima mayit justru menyeret kami magrib itu di tempat lain rumah engkau hancurkan
sebab engkau melunakkan hati tanah yang keras hingga ia hangat dipeluk longsoran kami tak mengerti, hanya doa yang bisa dipanjatkan padaMu.
Ya Rabb, ada yang bilang itu azab untuk kami padahal doa dan syukur kami sembahkan ada juga yang bilang sebab Kau cinta kami dan Kau ingin kami cepat kembali padaMu jika waktunya maka kepasrahan ini pasti dipersembahkan padaMu jika belum sempat hilangkanlah segalanya dan gantikan senyum seperti awal engkau bentuk semegah aksaramu.
Kini jazirahmu tak sekeras namanya
Negeri ini menjadi pilu, Ya Rabb
wajah suram memenuhi tiap kata
dan pandangan seram di mana-mana
Rabb, berikan harapan pada kami lagi
Sebab engkau maha pengasih lagi maha penyayang.
Mereka tau tiap kenangan akan menjamur disepersekian jarak.
Doa adalah cara mereka berbicara agar jarak tak sepenuhnya mengambil kendali. Walau jauh dimata jejak pasti berpijak seperti angkutan umum yang sering berkeliling di sudut kota wangi november masih ada dalam jiwa.
Tiap saat kepala mereka sibuk jadi sempurna, hal sederhana menjadi pecakapan paling langka “apa kabar” ?
Kita lupa cara menitipkan seseorang kepada Tuhan.
“baik-baik disana, iya baik juga di situ dan baik pula disini”.
Ibu pernah berpesan “jika dunia membuat mu lelah jangan pernah lupa perasaan bukan punya kamu saja. Jika terlalu besar perkecil, jika sudah ikhlaskan”.
Disela malam bapak pernah bercerita ” nak, sang pencipta baik sekali memberi bahagia disaat kita sadar atau lupa berterima kasih. Kalau sudah melangit sering-sering lihat ke bumi kita kecil hinggah mampu Tuhan tepis”.
Kau boleh bertemu semua orang yang kau percayai dapat bercerita dan sejiwa bersama petualangan mu. Tapi nanti kau akan mengetahui ada yang benar-benar menanti mu pulang di sudut-sudut rumah, di tempat-tempat yang membuat hangat pertemuan.
Puisi terjeda di palung luka paling dalam, getar kata menelan pahit tintatinta. mulut di jahit sampai bernanah jiwa yang terbang memanggil bapaknya guncangan di rentina mata tak usai apakah masih ada lagi jika masih ada hanya sementara dan akan menjadi catatan sejarah hingga selamanya.
November ia datang membawa perubahan Oktober telah berlalu rindu pasti datang semuanya telah usai, Negeri ini boleh kau katai asal jangan kau pergi meninggalkan pilu ini gembira pasti datang dan Jazirah manis seperti cerita di balik batu pamali susah sanang Ale dong Rasa dan Sama-sama rasa akhirnya Ale rasa Beta rasa.
Wakal, 07 November 2019