KABARTERKINI.NEWS– POLITISI muda Yudin Hitimala, Anggota Fraksi HANURA DPRD Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) meminta kepada Dinas Pertanian dan Dinas Ketahanan Pangan serta Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten SBB untuk fokus kembangkan pangan lokal di Kabupaten yang bertajuk Saka Mese Nusa, Jumat (11/10).
Kepada media ini disela-sela Rapat Pimpinan Daerah (Rapimda) partai DPD Partai Hanura Maluku, Hitimala menjelaskan, ketahanan pangan merupakan isu yang mendapatkan perhatian khusus dalam pembangunan nasional saat ini.
“Sehingga, bila penduduk suatu negara mengalami kekurangan pangan maka dapat dipastikan akan terdapat banyak permasalahan lain yang timbul dari segi sosial, politik, ekonomi, pertahanan, dan keamanan,” akuinya.
Lanjut Hitimala, bahwa ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas yang memadai merupakan hal yang sangat penting termasuk kemudahan masyarakat untuk mengakses pangan tersebut. Hal ini disebabkan ketersediaan pangan akan menjadi sia-sia bila masyarakat sulit untuk mendapatkannya.
Menurut Hitimala bahwa tidak terkendalinya harga pangan lokal dan membanjirnya pangan impor menimbulkan permasalahan sosial sendiri bagi ketahanan pangan nasional dan impasnya juga akan dirasakan oleh masyarakat di Kabupaten Seram Bagian Barat.
“Juga bahwa Kabupaten SBB memiliki tanah yang potensial ini seharusnya kita memiliki kemampuan pertahanan pangan yang baik. Namun, hal itu sirna sejak Orde Baru dengan melakukan penyeragaman pangan nasional. sehingga seolah-olah menjadi kebiasaan masyarakat yang sudah tertanam sejak puluhan tahun,” ungkap alumnus Program Studi Agribisnis Pascasarjana Universitas Pattimura Ambon itu.
Akibatnya kegagalan panen akibat perubahan iklim menjadikan krisis pangan kian nyata. Maka, penguatan kearifan lokal pangan dari masing-masing daerah menjadi sangat penting sebagai bagian dari upayah untuk menjauhkan ancaman krisis pangan dari bumi Saka Mese Nusa yang kita cintai ini.
Mantan Koordinator Wilayah V Ikatan Senat Mahasiswa Pertanian Indonesia yang mencakup Wilayah Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua ini bahwa pada masa sekarang ini masyarakat di Kabupaten SBB sangat perlu diajak untuk kembali menerapkan pola mengkonsumsi pangan pada zaman sebelum orde baru dan masyarakat harus tetap berdiri kokoh dengan mempertahankan pangan lokal terutama komoditas sagu dan ubi-umbian serta harus kembali mengandalkan komoditas-komoditas pangan tersebut sebagai bahan makanan utama.
Sehingga lanjut dia, langkah ini dapat mengurangi ketergantungan masyarakat pada satu jenis komoditas pangan, apalagi ketidaktentuan cuaca karena perubahan iklim tidak jarang memicu terjadinya gagal panen.
Selain itu, langkah ini merupakan salah satu cara meredam ketergantungan masyarakat terhadap komoditas pangan beras dan komoditi-komoditi pangan impor lainya, maka Dinas teknis dalam hal ini Dinas Pertanian dan Dinas Ketahanan Pangan harus benar-benar fokus untuk mengembangkan pangan lokal yang kita miliki di Kabupaten Seram Bagian Barat.
Banyak masyarakat kita di Kabupaten Seram Bagian Barat hingga saat ini masih kokoh mempertahankan pangan lokalnya dan ini adalah bagian dari upaya masyarakat kita mempertahankan keaslian identitas mereka sebagai masyarakat adat, bahkan boleh di katakan ada banyak tempat di Kabupaten Seram Bagian Barat sudah sejak lama berswasembada pangan lokal yang kita punya.
“Seperti contoh masyarakat di Luhu yang tampil dengan sagu luhunya telah membanjiri pasar pangan di wilayah Pulau Ambon dan begitu juga dengan ambal lempeng (sagu kasbi) yang merupakan makanan pokok masyarakat Buano hingga kini telah banyak membajiri pasar di Kecamatan Leihitu,” jelas dia.
“Namun realitasnya dinas teknis dalam hal ini Dinas Pertanian dan Dinas ketahanan pangan belum terpanggil untuk melihat ini sebagai sebuah potensi untuk dapat mensejahterakan masyarakat kita, bahkan dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Seram Bagian Barat juga belum perna menyentuh masyarakat-masyarakat di sana dengan program industri kecil berskala rumah tanggah,” ungkap dia menambahkan.
Padahal, Hitimala mengendus, komoditas pangan local dengan penerapan industri skala rumah tangga di wilayah-wilayah tersebut selama ini mereka telah eksis dan memproduksi pangan-pangan lokal dan menjadi bahan pangan andalan.
Untuk itu dirinua meminta kepada dinas-dinas teknis agar potensi pangan lokal terutama sagu, ambal lempeng (sagu kasbi) serta umbi-umbian dan komoditi pangan lokal lainnya yang terdapat di Kabupaten SBB.
“Harus benar-benar fokus untuk dikembangkan baik dari aspek budidayanya, sampai pada proses industri serta pemasarannya perlu di dukung agar memberikan manfaat kepada masyarakat baik manfaat ketahanan pangan kita di Kabupaten SBB maupun manfaat perbaikan pendapatan dan perubahan derajat ekonomi kepada masyakat yang merupakan pelaku produksi pangan-pangan lokal tersebut,” pungkasnya.**** FIT/RUL