9 Hari Pasca Gempa, Warga Masih Bertahan Di Tenda Pengungsian

Kabar Nasional News

KABARTERKINI.NEWS- Pasca gempa yang mengguncang Ambon, Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) dan Maluku Tengah (Malteng) berkekuatan 6,8 Magnitudo tanggal 26 Spetember 2019, sampai saat ini para pengungsi masih bertahan di bawah tenda.

Mereka umumnya mengaku masih trauma dan memilih tenda sebagai hunian sementara yang dianggap paling aman.

Pantauan media ini Jumaat (04/10), sudah memasuki hari ke-9 mereka bertahan. Kabupaten SBB mislanya di titik lokasi pengungsian baik di rindam maupun kawatu masih terlihat warga Waimital, Kairatu, Waitasi, Waipirit, Hatusua yang masih bertahan di tenda tenda pengungsian mereka.

Bukan hanya di lokasi Rindam dan Kawatu, sebaliknya juga warga pengungsian asal dusun Waitasi pun masih bertahan di tenda-tenda pengungsian sampai saat ini.

Yathi (38) warga dusun Waitasi Desa Kairatu Kecamatan Kairatu Kabupaten SBB saat diwawancarai media ini mengaku, sampai saat ini warga Waitasi masih memilih menetap di tenda pengungsian.

Akuinya, warga masih trauma, untuk itu warga masih memilih menetap di tempat yang tinggi dan belum mau untuk kembali ke rumah masing masing.

“Memang ada warga yang pulang, tapi kembali lagi ke tenda untuk bermalam, pulang ke rumah hanya mandi,dan melihat rumah mereka sa,” Jelasnya.

Hal yang sama pula di sampaikan Ibrahim (42) salah satu pengungsi yang berlokasi di rindam

“Kami masih memilih betah di tenda-tenda pengungsian karena masih trauma, dan nyatanya masih ada gempa susulan, sehingga masih membuat kami bertahan di tenda dari pada memilih pulang ke rumah,” akui Ibrahim.

“Apalgi masih ada gempa susulan walaupun tidak kuat seperti sebelumnya,” tambahnya.

Dikatakan, Bukan mereka saja yang trauma, mungkin saja warga yang masih memilih bertahan di tenda pengungsi rasakan hal yang sama pula dengan apa yang dia rasakan.

Sama seperti Yathi, Ibrahim pada siang hari kembali melihat rumah dan itu pun tidak bertahan lama dan kembali lagi ke tenda. Malam pastinya nginap lagi di tenda.

“Kami tidak bisa berlama-lama di rumah. Kami trauma,” pungkasnya.*** FIT

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *