KABARTERKINI.NEWS- Tanaman porang memiliki nilai strategis untuk dikembangkan karena punya peluang yang cukup besar untuk diekspor. Nama lain dari porang ini disebut-sebut sebagai Umbi Emas. Untuk kebutuhan dunia, umbi emas saat ini masih 20 persen.
Hal ini disampaikan Brigjen Pol. Drs. Hasanuddin tenaga ahli Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) RI, saat menggelar sosialisasi penanaman Porang alias Umbi Emas di desa Hila kecamatan Leihitu kabupaten Maluku Tengah (Malteng), Jumat (31/01).
Mantan Wakapolda Maluku itu saat menggelar sosialisasi didampingi Kapolresta Pulau Ambon dan Pulau Pulau Lease, Kombes Pol. Leo Surya Nugraha Simatupang dan Dansat Brimobda Maluku.
Brigjen Pol. Hasanuddin dalam paparan sosialisasinya menjelaskan, umbi emas masih banyak yang berasal dari hutan dan belum banyak dibudidayakan. Hal ini karena Indonesia baru menyadari nilai ekonomisnya pada tahun 2005 lalu. Hingga kini, ada beberapa sentra pengolahan tepung porang seperti di daerah Pasuruan, Madiun, Wonogiri, Bandung, serta Maros.
“Untuk bibit di Maluku ini kami datangkan Ngada sebuah kabupaten di bagian tengah pulau Flores, provinsi Nusa Tenggara Timur,” akui mantan Waka Polda Maluku tersebut.
Lanjut dikatakan, bibit yang didatangkan sebanyak 7 ton untuk model atau percontohan di Maluku. Bibit ini diberikan kepada para petani secara cuma-cuma untuk dibudidayakan agar dapat melahirkan bibit-bibit lainnya.
“Masyarakat bisa dapatkan bibit melalui koordinator penanaman Porang Maluku atau Brimob Maluku peduli. Kami mendongkrak perekonomian masyarakat melalui sejumlah program ini. Terlebih mencegah adanya kebakaran hutan di Maluku. Tanaman Porang bisa menekan aksi tangan-tangan jahil manusia yang mengakibatkan kebakaran hutan,” paparnya.
Jenis tanaman ini lanjut Brigjen Hasanuddin, mampu tumbuh di dataran tinggi maupun dataran rendah,tanaman ini bisa di sistem tumpang sari dengan tanaman lain, misal dengan jahe, dibawah naungan pohon jati pun sangat bagus, bahkan akhir-akhir ini hasil survey kualitas porang dibawah naungan pohon tetap nomor satu dikarenakan kadar airnya. Berbeda tanpa naungan pohon. Akan tetapi porang akan tetap bisa produktif dalam kondisi apapun tentu dengan debit air yang cukup.
“Saya ingin mengajak masyarakat di Maluku untuk memperkaya diri, apalagi disini tanah pada subur dan masih luas. Ini berpotensi ditanami porang. Kita tanami bibit porang, itu pasti akan terus tumbuh,” kata Brigjen Hasanuddin.
Menurutnya, tanaman porang ini jika dipanen dapat menghasilkan nilai ekonomi cukup lumayan. Sebab dalam satu kilo umbi porang yang dihasilkan dihargai senilai 5 ribuan. Satu buah umbi porang bisa mencapai 1 sampai 7 kilo bahkan lebih dari itu.
“Kalau masyarakat Maluku bisa memberdayakan ini, pasti dari sisi ekonomi akan naik. Kalau nanti dalam waktu dua sampai tiga tahun bisa membangun pabrik di Maluku, saya optimis warga Maluku bisa punya taraf ekonominya lebih tinggi karena tidak perlu dikirim ke jawa untuk diolah,” ujarnya.
Dia mencatat, kebutuhan porang untuk ekspor baru terpenuhi sebesar 20 persen. Melihat kondisi ini, maka menjadi peluang baik bagi pemberdayaan masyarakat agar dapat mengolah pertanian dari bibit pohon porang.
“Memang kalau panen ini cukup lama, setiap musim panas pohon akan mati, tapi umbinya Itu masih tetap hidup, dan masuk musim penghujan akan tumbuh lagi. Kemudian satu pohon porang itu bisa menghasilkan hingga empat bibit baru, jadi kalau sekarang areal tanamnya satu hektar, maka tahun depan bisa bertambah menjadi empat hektar,” sebutnya.
Dia mengaku, umbi porang yang dihasilkan bisa menjadi bahan olahan kosmetik, obat, makanan, bahkan hingga menjadi beras. Bahkan pula, seratnya bisa untuk kepentingan perangkat alusista kemiliteran. Namun hasil panen umbi porang ini belum diolah secara optimal, sebab sebagian besar hanya diekspor ke luar negeri.
Selain itu, katanya, tanaman porang ini bisa tumbuh di mana saja. Termasuk di daerah pegunungan ataupun perbukitan sehingga bisa menjadi solusi pencegahan bencana kebakaran hutan ataupun tanah longsor.
“Tanaman porang juga bisa menjadi solusi mengatasi kebakaran hutan di Maluku ataupun Iahan Perhutani yang sering terjadi di musim kemarau. Dengan mengerahkan masyarakat sekitar untuk bersama-sama menanam porang, mereka akan berupaya sekuat tenaga agar tidak terjadi kebakaran hutan agar tanamannya tidak hilang. Begitu juga di daerah perbukitan, mereka akan membuat saluran air dan berupaya agar tidak terjadi longsor,” pungkasnya.
Sementara Wakil Bupati kabupaten Maluku Tengah, Matlatu L Leleury atas nama pemerintah kabupaten menyampaikan terimakasih dan memberikan apresiasi yang tinggi kepada staf ahli Kepala BNPB RI dan seluruh jajarannya yang telah menyelenggarakan kegiatan penanaman tanaman Porang di wilayah Kecamatan Leihitu.
Dimana kata Leleury, tanaman itu ternyata memiliki potensi nilai ekonomis sebagai salah satu komoditas ekspor bernilai ekonomi tinggi serta dapat memben’kan nilai tambah untuk kesejahteraan masyarakat.
“Kami berharap dengan adanya pengetahuan yang diberikan oleh Bapak Staf Ahli tentang manfaat dan Porang ini, dapat mengubah pola pikir masyarakat setempat bahkan memotivasi dan memberikan semangat kembali kepada masyarakat terutama para pemuda, untuk membudidayakan porang. Sebab, di samping menguntungkan, budidaya Dorang juga merupakan bagian dari pelestarian hutan,” akuinya.
Untuk diketahui, sosialisasi penanaman umbi emas tersebut dihadiri Anggota DPRD Provinsi Maluku Azis Hentihu, perwakilan dinas kehutanan provinsi Maluku, camat kecamatan Leihitu beserta jajaran, Kapolsek Kecamatan Leihitu Iptu Djafar Lessy beserta jajaran, Kasubbag Humas Polresta, Iptu Julkisno Kaisupy, pemerintah negeri Hila serta puluhan masyarakat negeri Hila yang terlibat.
Hadir pula puluhan mahasiswa binaan kordinator penanaman poranh Maluku. Sejumlah Mahasiswa yang hadir berasal dari Damer, Wetar dan Kisar.
Sosialisasi diakhiri dengan penanman secara simbolis serta penyerahan bibit porang kepada para petani di kecamatan Leihitu.*** RUL