“Yang menarik pada kehadiran Gadis Siti Nadia Umasugi (GSNU) pada perhelatan pileg 2019 dikancah Propinsi tidak dilihat dari backroundnya sebagai seorang putri dari Bupati, tetap kehadiran politisi yang sapaan akrabnya Gadis ini membuat pemandangan yang berbeda. Kurang lebih dari delapan puluh caleg (jika dihitung dari jumlah kursi dan jumlah partai) dapil Buru-Buru Selatan, Gadis (GSNU) bisa dipastikan merupakan salah satu caleg perempuan usia termudah.”
KABARTERKINI.NEWS, BURU – Atmosfir pemilihan umum ditahun 2019 kian memanas, pada 17 April 2019 masyarakat Indonesia dari sabang sampai ke merauke akan menentukan para gladiatornya mulai dari DPD, DPRI, DPRD tingkat Kabupaten dan Propinsi sampai pada Presiden dan Wakil Presiden untuk periode 2019-2024.
Pesta demokrasi ditahun 2019 ini akan menjadi ajang unjuk taring dari setiap parpol. Pertarungan politik kali ini seakan menghidangkan adu tanding antara yang ingin menawarkan pengalaman dan yang ingin menawarkan masa depan. Masyarakat akan disajikan dengan beragam pilihan yang nantinya akan ditentukan di dalam bilik suara.
Dalam kontestasi pada pemilihan di tahun 2019 ini tentunya memiliki pemandangan agak berbeda. Founder and CEO Alvaea Reserch Center merilis secara kuantitas generasi milinial berada sekitar 40-50 persen dari total pemilih di 2019 nanti (20/10/2018). Dengan posisi fantastis ini posisi dan kedudukan generasi milinial dalam momentum politik banyak bahan menjadi kajian dan diskusi disetiap ruang-ruang publik.
Kecepatan teknologi informasi menjadikan wacana generasi milinial pung hangat dalam pembicaraan dan diskusi – diskusi pada tingkat politik lokal. Tampilnya figur dan tokoh-tokoh mudah dalam kontetasi pemilihan legislatif di Maluku menunjukan kondisi generasi milinial Maluku tidak melek soal politik.
Pertarungan pada kancah pilegis DPRD Propinsi Maluku semakin menarik khusunya pada Daerah Pemilihan Kabupaten Buru Dan Buru Selatan (Dapil 2) karena diikuti oleh salah seorang srikandi muda Bupolo Gadis Siti Nadia Umasugi. Politisi perempuan dari partai Golkar ini merupakan putri sulung dari tokoh politisi ulung Kabupaten Buru, Ramly I Umasugi yang sekaligus menjabat sebagai Bupati Buru dua Periode.
Yang menarik pada kehadiran Gadis Siti Nadia Umasugi (GSNU) pada perhelatan pileg 2019 di kancah Propinsi tidak dilihat dari backroundnya sebagai seorang putri dari Bupati, tetapi kehadiran politisi yang sapaan akrabnya Gadis ini membuat pemandangan yang berbeda. Kurang lebih dari delapan puluh caleg (jika dihitung dari jumlah kursi dan jumlah partai) dapil Buru-Buru Selatan, Gadis (GSNU) bisa dipastikan merupakan salah satu caleg perempuan usia termudah.
Tidak semua politisi berani mendorong anaknya untuk terjun didunia politik yang penuh dengan beragam konsekuensi, apalagi masih dalam usia yang belia. Namun hal tersebut tidak berlaku bagi Gadis. Di setiap agenda sillaturahmi dan tatap muka bersama masyarakat, Gadis selalu menekankan bahwa dirinya terjun ke dunia politik tidak serta merta dorongan ayahnya melainkan keinginan dirinya sendiri untuk mengabdi dan berbuat kepada masyarakat dengan cara membantu pemerintah daerah baik Buru dan Buru Selatan melalui jalur legislatif ditingkat Propinsi. “dalam posisi yang sekarang ini, saya sudah berada pada kondisi yang berkecukupan, tetapi saya masi ingin berbuat banyak kepada masyarakat baik di Kab. Buru Maupun Buru Selatan” Ungkapnya saat bersilaturahmi dengan warga wainono Kab. Buru Selatan (27/09/2018).
Keberanian dalam mengambil keputusan serta spiritnya untuk terjun kedalam kancah perpolitikan tentunya akan memberikan energi positif bagi generasi milinial lainya. Hubungan emosioanal antara Gadis dengan Buapti Buru sebagai anak dan orang tua tentunya mendongkrak popularitasnya, hal ini memberikan dampak positif dimana akan memberikan edukasi secara tidak langsung pada ruang-ruang publik khususnya bagi generasi milinial agar tetap adaptif dan turut berpartisipasi membangun Negri lewat jalur perpolitikan.
Namun sebagai mana lumrahnya kontestasi perpolitikan, kehadiran Gadis pada momentum ini tentu saja tidak bisa dilepas pisahkan dengan cibiran dan kritikan dari lawan politik lainya. Apalagi dengan posisinya sebagai seorang putri dari Bupati yang telah memenangkan Pilkada sebanyak dua kali tentunya memiliki rival politk yang akan memanfaatkan faktor usia Gadis sebagai bumerang untuk menjatuhkan kredibilitasnya di mata masyarakat.
Seperti apa kata pepatah Buah Jatuh Tidak Akan Jauh Dari Pohonya, begitulah spirit yang tertanam dalam karakteristik cara berpolitik Gadis. Sosok ayahnya sebagai politisi yang yang merangkak dari bawah dan selalu tegar dalam menghadapi setiap tantangan seakan terakumulasi dalam dirinya secara Genetik dan mendarah daging.
Apa yang disampaikan oleh Anies Baswedan Gubernur DKI Jakarta bahwa pemuda harus tampil untuk menawarkan masa depan, begitulah cara Gadis mejawab setiap krtikan dan isu-isu negatif yang menerpa dirinya. Meskipun dirinya menyadari ada banyak hal yang perlu dipelajari, tak membuat semangatnya surut untuk terus bergelut dalam dunia politik. Ia menyakini dengan niatan yang baik untuk berbuat dan mengabdi kepada masyarakat akan ada banyak hal yang ia dapatkan sehingga kedepan bisa menjadi seorang gladiator politik yang tangguh seperti ayahnya.
Selain itu Gadis dalam proses suksesi pertarunganya dalam pilegis ini dirinya diharuskan ayahnya untuk bisa menjadi politisi yang mandiri, dirinya selalu mengulangi apa yang disampaikan oleh ayahnya kepada masyarakat “ bapak pernah bilang dengan kapasitas bapak yang sekarang ini saya tidak perlu terlalu bekerja keras pasti dapat, tapi bapak ingin saya tumbuh secara mandiri sebagai politisi sehingga hal-ihwal terkait pencalonan saya, ya saya atur sendiri dengan tim saya” tuturnya saat bersilaturahmi dengan masyarakat Desa Oki Baru Kabupaten Buru Selatan (27/12/2018).
Dalam percaturan wilayah politik pengalaman memang begitu penting, namun tidak serta merta menafikan keterlibatan generasi baru untuk terjun ke Dunia politik. Gadis telah menunjukan bahwa dengan angka kalkulatif yang menunjukan segmentasi Generasi milinial dengan cukup fantastis, generasi milinial tidak hanya sekedar menjadi komoditi dan rebutan kaum tua untuk keperluan suaranya saja, tetapi generasi milinialpun dapat turut serta mengambil bagian sebagai politisi.(KT)