KABARTERKINI.NEWS- Skenario politik yang dimainkan oleh Camat Seram Barat, R. Salenussa, Pejabat Negeri Piru,
Royanto Manupassa, kontraktor, Jimi Rumpuin dan Fredy Manupassa tokoh masyarakat Seram Barat makin memanas.
Pasalnya, empat tokoh di kecamatan Seram Barat itu diduga menjadi sutradara demi memberikan peluang kemenangan kepada putra Bupati di kontestasi Pileg 17 April 2019 mendatang.
Mereka kompak, menjadi biang kerok memperpuruk situasi Kamtibmas di Kabupaten Saka Mese Nusa itu.
Sebagaimana penulusuran media ini, terjadi mutasi alias pergantian Kadus Wael, Desa Piru, Kecamatan Seram Barat, dimana Frans Mandaku dilengserkan dalam suatu proses kilat yang tentu menabrak seluruh aturan.
Proses pergantian dari Lamdaku kepada La Sarudin pada jumat (8/2) pekan lalu dianulir sebuah permainan untuk memenangkan Ikbal Payapo.
Masyarakat Tolak Kadus Baru
Tentu masyarakat yang bermukim diteras ibu kota Kabupaten itu faham benar perihal aturan pergantian pejabat.
Ramai-ramai somasi penolakan dilakukan. Penolokan pergantian Lamandaku terus berbuntut panjang hingga berujung konflik antar sesama warga.
Terangkum dalam laporan berita media ini sebelumnya, aksi masyarakat hingga akan merobohkan balai dusun pada Sabtu pekan kemarin.
Kecaman demi kecaman datang dari berbagai pihak. Masyarakat menduga mereka (empat tokoh) tengah bermain, semacam drama Politik untuk memenangkan anak Bupati SBB, Iqbal Payapo.
Akibatnya, dari kejadian ini masyarakat dusun Wael, La Rahim (51) jadi Korban pengoroyokan.
Diketahui, La Rahim merupakan salah satu masyarakat Wael yang turut mensuksesi kelancaran drama politik para peluncur Bupati itu.
Sebagimana yang laporkan team media ini, pemukulan terjadi Senin kemarin, 11/02/2019 pukul 7:00 WIT.
Diketahui, masa dari kubu mantan Kadus Frans Mandaku mengamuk sebagai bentuk protes terhadap realitas tersebut.
Mendapat serangan dari kubu protes hingga berujung penganiayaan Frans Mandaku melapor kejadi yang menimpanya kepada Polres Seram Bagian Barat.
Bernomor Surat Tanda Terima Laporan, STTL / 22 / II / 2019 /SPK.oleh AIPDA .ST.F. Halamury, Frans Mandaku tidak terima dirinya dianiaya.
Menurut kronologis penganiayaan yang diterima dari Polres Seram Bagian Barat, Senin 11/2019, menyebutkan, sekitar jam 7.00 WIT, korban ada di dalam Rumah tiba tiba dengar suara teriakan dari luar Ose kaluar kamari.
Korban keluar sampai di teras melihat 5 orang perempuan suda ada di depan teras rumah.
Korban mendapati, masa yang dikenalinya yakni, Wa Jainta, Wa Halija, Wa Kaluna Wa Ida sudah mengelurkan kata-kata kotor dihadapannya.
Korban sempat mengajak masuk di rumah untuk dibicarakan. Tapi massa menolak ajakan korban.
Tiba tiba korban dilempar dengan batu hingga kenal bagian pilipis korban kemudian. Selanjutnya disusul dengan pukulan oleh sejumlah ibu ibu tersebut.
Kasus yang tercium aroma penganiayaan ini telah ditangani Polres kabupaten SBB. Sampai berita ini diturunkan Dusun Wael masih tegang atas ulah empat tokoh yang diduga merupakan kaki tangan Payapo.***Nus