KABARTERKINI.NEWS– Bencana gempa yang menimpa Maluku sejak tanggal 26 September lalu membawa dampak traumatik bagi anak-anak di daerah-daerah terdampak gempa. Sebagai respon terhadap kondisi tersebut, Bidang Kesejahteraan Masyarakat (Kesra) DPW PKS Maluku menggelar Trauma Healing kepada pengungsi di Dusun Bun-Bun, Negeri Liang, Minggu (13/10).
“Alhamdulillah. Kami bisa melaksanakan trauma healing bagi anak-anak di pengungsian dusun Bun-Bun,” ungkap Yati Sumyati, Ketua Bidang Kesra DPW PKS Maluku kepada Tim Humas PKS Maluku saat ditemui di sela-sela kegiatan.
Tim Kesra mengirimkan delapan orang penyuluh untuk menangani 80 anak di pengungsian gunung Bun-Bun.
“Ada delapan orang ibu-ibu yang menjadi pengajar atau penyuluh. Sekitar 80 anak berpartisipasi dalam kegiatan ini. Mereka terdiri dari anak usia lima tahunan sampai anak SMP kelas VII,” urainya.
Program trauma healing, kata perempuan yang pernah menjadi caleg DPRD Maluku Dapil Kota Ambon itu akan dipertimbangkan untuk dilanjutkan ke titik yang lain. Menurutnya, Kesra DPP PKS sempat berkoordinasi untuk kegiatan lanjutan.
“Di rapat pleno, sudah diinformasikan dari Kesra DPP PKS ada perhatian. Kami sementara berkoordinasi. Kemungkinan akan kami lanjutkan programnya ke titik-titik yang lain,” ungkapnya.
Dalam kegiatan yang berjalan beberapa jam itu, penyuluh dari PKS melatih cara tanggap dini ketika terjadi gempa. Selain itu, anak-anak juga dibina mental rohaninya untuk menyikapi gempa dengan pendekatan spiritual.
“Anak-anak kita ajarkan bagaimana cara bertindak ketika gempa terjadi. Kami juga memberi arahan mental rohani bahwa ini (gempa-red) tidak terlepas dari kekuasaan Allah Swt. sehingga kita ajak mereka untuk terus berdoa agar Allah menjauhkan dari bencana dan kerusakan,” pungkasnya.
Sementara itu, warga di lokasi pengungsian memberi apresiasi kepada PKS Maluku yang telah membantu meringankan trauma anak-anak akibat gempa
“Saya ucapkan terima kasih kepada PKS karena telah melakukan kegiatan trauma healing bagi anak-anak kami di lokasi pengungsian,” kata Siti Sarah Tuny, salah satu warga yang mengungsi di Gunung Bun-Bun.
Gempa yang menimpa kota Ambon, Kabupaten Maluku Tengah dan Kabupaten Seram Bagian Barat itu berdampak pada pendidikan anak-anak. Goncangan awal dengan magnitudo 6,5 SR tanggal 26 September memaksa para siswa untuk libur sekolah. Mereka mengungsi bersama keluarganya ke tempat-tempat ketinggian karena takut terjadinya tsunami. Setelah beberapa hari, sebagian sekolah dan siswa mulai beraktifitas walau masih ada ratusan gempa susulan. Namun gempa susulan magnitudo 5,2 SR yang kembali terjadi tanggal 10 oktober kemarin membuat masyarakat kembali ke tenda-tenda pengungsian.*** TIM/RUL