KABARTERKINI.NEWS- Kelompok radikalisme dan terorisme zaman sekarang beda dengan yang dulu, kalau dulu merekrut orang tua tapi sekarang menyasar anak muda. Selanjutnya saat ini, cara perekrutan anggota kelompok radikal mulai dilakukan lewat media social.
“Itulah mengapa anak muda menjadi rentan terpapar radikalisme dan terorisme. Karena merekalah yang paling ramai dan aktif di Media Sosial,” jelas Kol. Czi, Roedy Widodo Kasubdit Pemulihan Korban Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dalam kegiatan diskusi film dan lomba video pendek dengan tema “satu Indonesia” dilaksanakan oleh BNPT dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Maluku di Biz Hotel, (25/04/2019).
Kegiatan yang berlangsung dari pukul 09.00 s/d 16.00 WIT diikuti oleh lebih dari 95 peserta yang terdiri dari siswa sekolah SMA/MA dan Sederajat dari Kota Ambon dan sekitarnya serta guru pendamping masing-masing sekolah.
Turut hadir sebagai undangan Asisten II Provinsi Maluku (Dra. Soamole, M. Si), Direktur Binmas Polda Maluku (AKBP. Andy Ervyn, S.IK., M.H), Kasubdit Pemulihan Korban BNPT (Kol. Roedy Widodo) dan Was. Intel Kodam Pattimura.
Dalam kesempatan yang sama Roedy juga memberikan pemahaman kepada seluruh peserta kenapa pemuda mudah terjerumus dalam faham radikalisme dan terorisme, selain itu Kasubdit Pemulihan Korban BNPT juga membeberkan penyebab dan intrumen yang dipakai oleh kelompok radikalisme dan terorisme dalam menyebarkan fahamnya.
“Kenapa pemuda terjerumus dalam faham radikalisme dan terorisme?, satu, terpikat oleh etos perjuangan melawan kebobrokan, penindasan baik local, nasional dan global. Kedua, ingin merasa terlihat lebih jauh nilai perjuangannya membela agama disbanding anak-anak sesusainya. Ketiga, terliht keren, gagah dan berani”, terang anggita perwira TNI angkatan darat tersebut.
Selanjutnya menurut beliau bahwa penyebab terpapar faham radikalisme dan terorisme yaitu: 1. Dahaga agama dan jatuh pada pemahaman agama yang keliru.
2. Pengaruh media social (Facebook, Tweeter, IG, dll) dan situs radikal lainnya.
3. Pengalaman hidup (patah hati, broken home dan ekonomi). Intrumen penyebarannya adalag Pertemuan langsung dan tertutup, media social, konten-konten/berita propaganda, serta anak muda galau.
Diakhir materinya Roedy mengajak para peserta agar mewaspadai faham radikalisme dan terorisme serta turut dan berkonstribusi dalam pencegahan terorisme. Salah satu langka agar pemuda berperan yaitu dengan membuat sebanyak-banyaknya film dan kisah inspiratif agar orang tidak terpapar radikalisme dan terorisme.
“Video pendek tersebut adalah salah satu kontra radikalisme dan terorisme yang bias dilakukan di Media Sosial” tutup Roedy.**** TIM