KABARTERKINI.NEWS— Pasca Pemilu 14 Februari 2024, publik Maluku disuguhkan dengan isu koalisasi Pembangunan Maluku. Dua tokoh sentral berada didalamnya. Putra Maluku berkelas Nasional Febry Calvin Tetelepta dan Putra seram kenamaan H. Abdullah Vanath.
Keduanya memiliki trac record yang sangat baik dalam hal kepemimpinan. Baik itu Febry maupu maupun Abdullah Vanath.
Nasionalisme keduanya tidak bisa lagi diragukan. Nyaris tidak pernah terendus kasus sektoral atau primordial selama mereka menjadi pemimpin.
Perihal isu gabungan kedua tokoh besar ini untuk berkoalisi menuju puncak kepemimpinan Maluku, menjadi warna yang cukup mentereng di kanca perpolitikan Bumi Raja-Raja.
Febry Calvin Tetelepta, S.Fil., M.H. atau yang lebih disingkat dengan sebagai (FCT), Lahir di Ambon, 14 Februari 1969). Memperoleh gelar sarjana filsafat dari Universitas Kristen Indonesia Maluku, Ambon dan Magister Hukum dari Universitas Kristen Indonesia, Jakarta.
Dalam mengelolah kepemimpinannya, FCT berhasil menjadi yang terbaik. Ini jelas dalam kariernya yang tampak cemerlang. FCT Menjadi Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Republik Indonesia sejak 2015 membidangi masalah infrastruktur dan perhubungan.
Pada 2015, FCT juga pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Lembaga Sensor Film (LSF). Dia memiliki pengalaman sebagai komisaris pada sebuah perseroan milik swasta.
Paling populis, saat ini, dirinya Deputi I KSP Bidang Infrastruktur, Energi dan Investasi
sejak 22 Juni 2020.
Sudah menjadi rahasia umum perpolitikan nasional. Posisi strategis seseorang didukung kemampuan managemen yang mumpuni. Terlebih dalam managemen politik nasional. FCT, saya berani katakan berhasil membawa diri dengan sangat baik di puncak perpolitikan nasional.
Hal ini, tentu menjadi modal besar untuk ada dalam pusaran politik Maluku di akhir tahun 2024.
FCT sejak awal sudah terang-terangan bersikap akan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kontestasi Pemilukada pada Oktober 2024 mendatang. Kekuatan FCT menjadi sangat dihitung saat ini.
Abdullah Vanath Subur Bersama Ribuan Pala
Siapa yang tidak kenal dengan sosok yang satu ini, AV, alias Abdullah Vanath. Publik Maluku sangat familiar dengan namanya. Mantan Bupati Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT) dua periode ini, kerap menjadi inspirasi anak-anak muda.
Diakui memang, tokoh pemekaran kabupaten SBT ini telah dua kali gagal di pentas Pilkada Maluku. Banyak orang bilang, Vanath kalah di kertas, menang di hati rakyat Maluku. Itu nyata. Sosok AV menghantui aura politik daerah hingga berujung perjodohan politik oleh sejumlah kalangan.
Pacsa Pileg dan Pilpres kemarin, nama AV ramai dibincangkan di sejumlah WhatsApp grup rakasasa dengan anggota ratusan hingga ribuan orang Maluku.
Pria kelahiran Werinama 21 Mei 1971 ini, seperti tidak pernah Expired dalam karir politiknya. Seperti halnya dia merawat ribuan pohon Pala, ada jiwa yang menganga memberikan kesuburuan didalam dirinya.
Bicara persoalan basis politik, AV sudah paripurna. Selayaknya aktor politik tunggal di Pemilukada sebelumnya. AV mendominasi pasangannya.
Masi ingat kan lagu wajib AV yang terkenal itu ?
Lagu itu hingga sekarang masih laku di pelosok-pelosok seram. Bayangkan jika Lagu lama itu diaransemen ulang musiknya sesuai dengan pangsa pasar sebagaimana biasa dilakukan pada politisi politisi yang sering berjibaku dalam arena-arena proses politik.
Potensi AV menjadi tokoh sentral ditambah sosok nasionalis yang tuntas politik Nasional dari dalam diri seorang Febry (FCT), menjadikan Pemilukada 2024 menjadi sangat menarik.
Memikirkan kedua orang ini, FCT (Cagub) AV (Cawagub) menjadi pasangan, seakan ada getaran gelombang perubahan politik di Maluku. Perihal potensi, sudah barang tentu berpeluang menghempaskan apa apa yang ada didepannya. Saya sebut, sapu rata menuju puncak.
Bagemana dengan petahana, Bapak Irjen Pol (Purn) Drs. Murad Ismail ?
Banyak tokoh berasumsi, dengan melihat perolehan suara Pemilihan Legislatif (Pileg) 2024 terkhusus DPR-RI. Yang mana salah satu kontestanya adalah Widya Pratiwi, istri Gubernur Maluku.
Sedikitnya saya sepaham tapi tidak meyakini. Beberapa pekan kemarin, saya menulis dengan nada datar sebagai sebuah reaksi atas rekor suara terbanyak DPR-RI dari Maluku masuk ke server nasional. Suara Widya Pratiwi membanjiri seantero Maluku. Saya sontak menyebut, pemilihnya Naik Kelas.
Namun asumsi ini perlu diperkuat pula dengan penilitian ilmiah. Minimal survey dari lembaga kredibel. Bicara survey, saya langsung teringat senior saya, Hamdan Anakotta dengan Indopolnya (intermezzo).
Asumsi para tokoh, terkait kekuatan Petahana MI, tercermin dari membludaknya suara DPR-RI dari partai PAN di Maluku.
Petahana butuh kajian matang, butuh energi terbarukan untuk bertahan menghadapi gelombang pembangunan yang berefek “sapurata.”
Sebagai bagian dari penggiat Literasi, Media Sosial dan Lingkungan, saya ingat benar catatan kaki Soe Hok Ghie dalam buku Seorang Demonstran. “Kebenaran hanya ada di langit dan dunia hanyalah palsu dan palsu.”***
Fahrul Kaisuku |