KABARTERKINI.NEWS- Masyarakat dihimbau untuk mewaspadai penyebaran wabah monkeypox atau cacar monyet. Untuk itu, setiap warga perlu menjaga lingkungan agar tetap bersih dan sehat.
Himbauan ini datang dari Kapolda Kepulauan Riau (Kepri) melalui Irjen Pol.Andap Budhi Revianto,S.IK, melalui juru bicara Kabid Humas Polda Kepri, Kombes Pol. S.Erlangga, kepada Wartawan, Jumat (17/5/ 2019).
“Menjaga kebersihan lingkungan merupakan salah satu upaya untuk pencegahan dan pengendalian virus cacar monyet agar tidak mudah menyebar,” ungkap Kapolda, Irjen Pol.Andap Budhi Revianto,S.IK sebagaimana pers rilis yang diterima dari Kabid Humas Polda Kepri.
Himbauan dari Kapolda menurut Kabid adalah bersifat Kamtibmas Polda Kepri perihal Mongkeypox serta informasi pencegaha dan pengobatan.
Heboh penyakit ini ketika 28 April 2019 lalu, salah seorang Warnga Negara Asing (WNA) berkembangsaan Nigeria teridentifikasi kena cacar monyet pas baru tiba di Singapura. Penyakit langka ini disebabkan virus, menular ke manusia melalui hewan.
“Kita sadari bahwa Kepri sendiri berdekatan dengan Singapura, sehingga kita harus siap dan sigap mengantisipasinya,” imbaunya.
Dituturkan, info awal Monkeypox kali pertama diidentifikasi tahun 1970 di Republik Demokratik Kongo (Zaire). Dimana sejak tahun 1970, Monkeypox terjadi pada 10 negara Afrika : Republik Demokratik Kongo, Republik Kongo, Kamerun, Rep Afrika Tengah, Nigeria, Pantai Gading, Liberia, Sierra Leone, Gabon dan Sudan Selatan.
Monkeypox di luar Afrika, 2003 di AS, tahun lalu dua kasus di Inggris dan satu di Israel.Penularan cacar monyet terjadi akibat kontak langsung degan darah, cairan tubuh, atau lesi kulit atau mukosa pada hewan yang terinfeksi (kera, tikus dan tupai). Selain itu, makan daging hewan terinfeksi (masak tidak matang) juga faktor risiko terkena virus.
Penularan sekunder dari manusia ke manusia, akibat kontak langsung dgn lendir dari saluran pernapasan org yg terinfeksi, lesi kulit orang yg terinfeksi/benda yang terkontaminasi cairan yang dari tubuh pasien atau dari lesi.
Penularan melalui partikel pernapasan, butuh kontak tatap muka berkepanjangan, sehingga anggota rumah tangga orang terinfeksi berisiko terkena lebih besar.
Gejala Monkeypox:
Masa inkubasi cacar monyet dengan interval infeksi sampai dengan timbul gejala berlangsung selama 5 sampai 21 hari. 5 sd 21 hari Infeksi terbagi dua periode:
- Periode invasi (0-5 hari) ditandai demam, sakit kepala hebat, Limfadenopati (Pembengkakan Kelenjar Getah Bening), Nyeri punggung, Mialgia (Nyeri otot) dan Asthenia Yang Intens (Kekurangan Energi)
- Periode erupsi kulit ( 1-3 hari setelah muncul demam) berbagai ruam muncul, mulai wajah menyebar ke bagian tubuh. Wajah (95% kasus), dan telapak tangan dan telapak kaki (75% kasus) paling terpengaruh. Evolusi ruam maculopapules (Lesi Dengan Basis Datar) ke Vesikel (Lepuh Isi Cairan Kecil), Pustula, diikuti kerak terjadi sekitar 10 hari. Mungkin perlu waktu tiga minggu sebelum semua itu lenyap dari kulit.
Jumlah lesi bervariasi dari sekian sampai dengan beberapa ribu, mempengaruhi membran mukosa mulut (70% kasus), Genitalia (30%), Konjungtiva (kelopak mata) (20%), serta kornea (bola mata). Beberapa pasien alami limfadenopati parah (bengkak kelenjar getah bening) sebelum muncul ruam. Ciri khas cacar monyet dibanding penyakit serupa lainnya.
Pencegahan agar tidak tertular cacar monyet :
- Hindari kontak dg tikus dan primata terinfeksi, serta batasi paparan langsung terhadap darah dan daging yang tidak dimasak dengan baik.
- Batasi kontak fisik dgn orang terinfeksi atau hindari bahan terkontaminasi.
- Pakai sarung tangan dan pakaian pelindung saat merawat orang sakit atau tangani hewan yg terinfeksi.
- Terapkan perilaku hidup bersih dan sehat.
Pengobatan dan vaksin:
Tidak ada perawatan khusus atau vaksin untuk cacar monyet. Wabah cacar monyet sejauh ini masih dapat dikendalikan. Vaksinasi cacar terbukti 85 % efektif mencegah cacar monyet di masa lalu. Penyakit cacar monyet biasanya sembuh sendiri dari gejala dengan waktu 14 hari sampai dengan 21 hari. Kasus parah terjadi lebih sering pada anak-anak dan terkait dengan tingkat paparan virus, status kesehatan dan komplikasi pasien.
“Untuk kasus kematian terjadi bervariasi, infonya 10% kasus yang sebagian besar adalah anak-anak. Semoga info ini bermanfaat dan kita semua tetap sehat dan terhindar segala macam penyakit, Insyaa Allah,” kuncinya.*** RUL