KABARTERKINI.NEWS- Sebanyak 101 kepala keluarga (KK) asal Negeri Iha yang mendiami Dusun Lengkong, Negeri Liang, Kecamatan Salahutu dan Kota Masohi, Kabupaten Maluku Tengah (Malteng) menyatakan kesiapannya untuk kembali ke tanah leluhur mereka di Pulau Saparua.
Sikap ini disampaikan melalui surat dukungan atas pembangunan Rumah Singgah yang dibangun di Negeri Iha, Kecamatan Separua Timur, beberapa waktu lalu.
Surat dukungan atas pembangunan Rumah Singgah di Negeri Iha, Kecamatan Saparua Timur itu, lengkap dengan nama KK yang membubuhi tanda tangan dukungan ditujukan kepada Camat Saparua Timur, dengan tembusan langsung ke Bupati Maluku Tengah, DPRD Malteng dan sejumlah instansi terkait.
“Kami sudah menyampaikan surat dukungan kepada Camat Saparua Timur dengan melampirkan dukungan sebanyak 101 KK yang siap untuk kembali ke tanah leluhur kami di Saparua. Atas sikap ini sekiranya kami berharap tidak ada alasan lagi dari pihak. Pihak lain untuk mengkomplain rencana ini,” tandas Sekretaris Tim Peduli Negeri Iha, Ghajali Hatala dalam rilisnya Senin (18/2/2019).
Dalam surat tertanggal 4 Februari 2019 itu, Tim Peduli Negeri Iha juga menjelaskan alasan pembangunan Rumah Singgah yang bertujuan sebagai bangunan yang akan dipakai saat warga Iha menjalankan aktifitas pembersihan di negeri yang hancur akibat konflik komunal belasan tahun silam.
Mereka juga menjelaskan, pembangunan Rumah Singgah dilakukan atas inisiatif warga Iha dengan menghimpun dana pembangunan secara sukarela dari warga bukan bersumber dari anggaran DD atau ADD. Bahkan kegiatan itu juga didukung oleh semua negeri tetangga di Pulau Saparua.
“Insya Allah jika tak ada aral melintang, pembangunan Rumah Singgah ini akan dilanjutkan dengan pembangunan sarana lainnya di Negeri Iha. Dan kami sudah siap untuk kembali jika sudah ada pembangunan tempat tinggal disana,” tandas Ghali.
Pantauan salah satu wartawan media online (beritabeta) di Negeri Iha Pulau Saparua, proses pembangunan Rumah Singgah yang intens dilakukan warga Iha ini, juga melibatkan tenaga dari sejumlah warga di negeri-negeri tetangga.
Warga Noloth dan Iha Mahu bahkan turut serta memberikan sumbangan tenaga dan dukungan moril, agar warga Iha dapat kembali ke tanah leluhur mereka.
Puluhan warga Iha, bergilir pulang ke tanah leluhur itu, membangun Rumah Singga dengan menempati tenda penampungan hingga kini telah mendiami Rumah Singgah yang sudah rampung 90 persen itu.
Saat berada di kampung halaman mereka di Saparua, warga bahkan menggunakan bangunan madjid yang hancur untuk menunaikan sholat lima waktu dengan membuat sekat dari kain yang dipasang antara tiang-tiang masjid yang hancur itu.***(BB-DIO/BeritaBeta)