KABARTERKINI.NEWS– Sejak Oktober 2018 tahun lalu, pekerjaan rumah dinas (Rumdis) guru atau biasanya disebut kopel di desa Karey Kecamatan Aru Selatan Timur hingga kini belum juga diselesaikan.
Kepada media ini salah satu warga Karey menuturkaan, kopel yang dikerjakan tersebut belum juga rampung 100%, padahal pekerjaannya sudah dimulai sejak Oktober 2018 lalu. Mestinya saat ini sudah bisa difungsikan.
“Setahu kami masa kontrak sudah selesai. Kerja bulan Oktober jadi November-Desember mesti su selesai tapi sampai sekarang kan belum. Pekerjaan ini terlambat sekali. Yang punya proyek dia suruh dong kerja cepat dia takut ada pemeriksaan tapi su terlambat,“ katanya kepada wartawan belum lama ini.
Menurutnya,dari awal pekerjaan kopel tersebut sudah ada yang tidak beres. Pasalnya, tidak dilakukan pembuatan fondasi menggunakan susunan batu, sebaliknya cara pembuatan fondasi hanya dilakukan pengecoran seperti halnya slof.
Selain itu, rabat bagian depan kopel ini juga dibuat diatas fondasi bangunan sekolah lama. Hal ini menurutnya tentu akan mengurangi item pekerjaan sehingga akan menguntungkan kontraktor.
“Batu-batu 2,5 kubik saja seng (tidak) habis, dia (kontraktor) seng (tidak) pakai akang lai (lagi). Rumah ukuran 14,7,bangunan apa yang batu 2,5 kubik tidak habis? batu-batu itu rencana untuk pakai buat pandasi tapi mereka tidak pakai, jadi dong sistim galian kemudian cor,” jelas dia mrincikan.
Ditambhkan, masalah bangunan itu kokoh atau kuat, tetap kuat saja. Namun dipermaslahkan adalah anggaran pandasinya hilang. Jadi harusnya ada pengembalian karena pandasi tidak ada.
“Pandasi seng (tidak) ada berarti volume kurang. Rabat muka itu pandasi sekolah lama yang sudah bertahun-tahun lamanya,” ungkapnya.
Menanggapinya kontraktor pelaksana pekerjaan ini Tek Lai mengaku pekerjaan kopel karey sedang dalam tahap penyelesaian,terlambatnya pekerjaan itu lantaran semua pekerja yang diambil dari desa karey berhenti.
“sementara kerja karena dia sandiri karena dia punya tukang itu dia pu anak-anak itu tidak ada yang betul jadi dia pelan-pelan,dia pu anak samua berhenti jadi dia ada kerja pelan-pelan,sementara su pasang pintu,“ kata pemilik CV yang menangani pekerjaan ini.
Untuk pekerjaan pandasi, Tek Lai mengakui kalau memang tidak dilakukan pemasangan batu untuk fondasi, hanya dilakukan pengecoran namun itu bukan keinginannya sebab matrial yang dibutuhkan untuk fondasi yakni batu sudah dibeli,sehingga jika kondisi tersebut dianggap sebagai masalah dirinya tidak bertanggung jawab.
Jual Beli Proyek
Selain itu disinggung pula soal indikasi proyek ini didapat melalui hasil jual beli,pasalnya data kuitanasi jual beli di atas materai 6000 yang diperoleh media ini menyebutan bahwa paket Penunjukan Langsung (PL) senilai Rp 200.000.000 tersebut dijual oleh seseorang bernana Iwan Makasar seharga Rp 16.000.000 (enam belas juta rupiah) kepada Tek Lai diektur perusahan atas nama Iwan Maakasar sendiri awalnya memang direkomendsika Dinas Perumahan dan Pemukian sebagai pihak yang akan mengerjakan kopel itu.
Menanggapinya,Teklai membenarkan jika proyek itu dibelinya melalui Iwan Makasar,Ia mengaku alasan penjualan paket rumah guru ini lantaran Iwan Makasar tidak sanggup mengerjakannya,ketidak sanggupannya disebabkan harga matrial pasir yang dijual warga desa Karey.
“ mereka tidak mampu kerja,saya dapat proyek ini dari Iwan,dia jual di beta jadi waktu d ia mau karja ia sudah diteror macam harga pasir,kalu tidak salah cuma harga 400 ratus,disana rata-rata harga pasir disana tapi karena ada orang propokasi harga pasir dikampung dia terancam akhirnya dia lepas di beta jadi seperti itulah “ akuinya singkat.**** JANES