KABARTERKINI.NEWS– IBU Hapsa Henaulu seorang ibu 52 tahun. Ia adalah seorang janda yang berasal dari Negeri Buano Utara Kecamatan Huamual Belakang, Kabupaten Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku.
Keseharian Hapsa adalah mengolah dan memperjual-belikan sagu (makanam pokok orang Maluku).
Hapsa terpkasa harus menjadi tulang punggung keluarga disamping menjadi ibu untuk anak-anaknya. Ditinggal pergi mendiang suaminya, Hapsa begitu gigih memuncaki hidup demi masa depan anak-anaknya.
Kisah Hapsa tidam saja didengar di pulau Buano. Melainkan sampai di pulau Ambon. Pasalnya, Sagu sebagai komoditi unggulan penyambung harapan itu dijualnya sampai ke tanah zajirah Leihitu, Maluku Tengah (Pulau Ambon).
Setiap saat ia mendagangkan dagangan sagunya dari Buano Utara menyeberang pulau dengan lama perjalanan kurang lebih 8 jam menuju Jazirah Leihitu tepatnya di Desa Assilulu, Ureng, Negeri Lima, Larike dan Wakasihu.
Hasil dari dagangan sagunya tak lain adalah untuk kebutuhan pendidikan anaknya dari semenjak anaknya duduk di kursi pendidikan SMP hingga menamatkan pendidikan tinggi di Universitas Pattimura Ambon.
Kita tahu bersama. Bahwa Maluku adalah daerah kepulauan. Dimana cuaca ditanah raja-raja ini bisa dibilang unik dan ektrim. Namun, meski ombak dan derasnya arus lautan tidak menjadi penghalang niatan ibu ini demi memperjuangkan pendidikan anaknya
Bagi Hapsa, Allah Tuhan tempatnya bersandar tidak akan merubah nasib suatu kaum kecuali kita sendiri mau untuk merubahnya.
Dengan kondisi kehidupan yang serba pas-pasan, sosok ibu Hapsa ini harus berjuang keras agar kelak anaknya bisa menjadi orang yang berguna dan derajat keluarganya bisa diangkat serta bisa keluar dari garis kemiskinan.
Setidaknya anaknya yang lagi ia perjuangkan pendidikannya kelak tidak lagi merasakan hidup dalam keadaan sengsara dan miskin.
Siapa sangka, Tuhan menjawab.
“Doa memberikan kekuatan pada orang yang lemah, membuat orang tidak percaya menjadi percaya dan memberikan keberanian pada orang yang ketakutan.” Mungkin sepenggalan kalimat bijak ini cocok untuk perjuanga dan ketabahan Ibu Hapsa.
Perjuangan dan penderitaan Ibu Hapsa terbayarkan. Hapsa atau yang yang biasa disapa “Mama” Apu kini bisa tersenyum lebar.
Anak yang ia perjuangkan pendidikannya dengan keras kini telah terpilih menjadi Anggota DPRD Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) masa jabatan 2019-2024.
Anaknya siap dilantik. Namanya Yudin Hitimala. Pemuda tamatan perguruan tinggi Universitas Pattimura Ambon.
Yudin memutuskan, Polotik sebagai jalan hidupnya. Dia berlabuh di Partai Hanura.
Dalam kontestasi pemilihan legislatif 17 April 2019 lalu, anak terkasih ink berhas menggait hati masyarakat di Kecamatan Huamual Belakang dan Kepulauan Manipa.
Yudin tercatat sebagai pencetus sejarah di daerah pemilihannya sebagai caleg pemula yang baru pertama kali caleg dan lansung lolos mendapatkan kursi Anggota DRPRD dan bahkan ia tercatat sebagai perai suara terbanyak melambung suara dari 84 rivalnya bahkan rival-rivalnya tersebut tercatat ada terdapat banyak incubent.
Dengan keterbatasan keuangan karna lahir dari keluarga yang tergolong mserba pas-pasan, Yudin menghabiskan sekitar 50 juta untuk cost politiknya dengan masa konsolidasi politik sekitar dua tahun lamanya.
Bahkan dua minggu sebelum pemilihan keuangan yang ia miliki hanya 10 juta rupiah. Padahal wilayah dapilnya yang merupakan wilayah kepulauan serta medan jalan yang tidak terhubung mestinya memiliki cost politik yang besar akan tetapi sosok politisi milenial ini justru membalikan fakta dan keadaan.
Satu minggu menjelang pemilihan masyarakat berbondong-bondong bergotong royong untuk membantu Yudin dalam menekan cost politiknya dimana ratusan masyarakat ada yang memberinya per orang satu slop rokok, satu bantal tepung terigu, satu karton kopi kapal api, setiap tiga orang masyarakat pendukungnya berpatungan untuk menyumbangkan satu karung gula dan bahkan uang sekalipun masyarakat berdatangan untuk memberinya kepada sosok politinya Partai HANURA ini.
Sehigga bagi Yudin, ia tidak memiliki hutang/cost politik tapi ia memiliki hutang budi kepada masyarakat yang mendukungnya.
Dan ini menjadi sejarah dalam perjuangan politik para politisi di Kabupaten Seram Bagian Barat khususnya dan Maluku umumnya.
Perjuangan mama Apu untuk anak semata-wayangnya kini berbuah manis.**** RUL