KABARTERKINI.NEWS– Tambatan Perahu warga di Desa Iha, Kecamatan Huamual, Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB), Maluku, roboh. Peristiwa nahasnya tambatan itu terjadi hari Sabtu (13/02), kemarin.
Informasi yang berhasil dihimpun team media menyebutkan, bagian depan tambatan perahu patah pada pukul 09:30 WIT.
“Untung speed boat penumpang antar Iha-Hitu (Pulau Seram-Pulau Ambon) sudah pergi, baru roboh. Kalau tidak semua orang diatas jembatan jatuh tercebur,” akui salah satu warga Iha yang enggan namanya ditulis, Minggu (14/02).
Warga tersebut mengaku, pekerjaan jembatan bulan Februari hingga Mei 2020 lalu. Awalnya kondisi cuca baik dan tenang saat awal-awal pengerjaan. Namun pertengahan kerja cuaca kurang bersahabat. Pekerja berasal dari warga wilayah setempat (pekerja lokal)
“Dong kerja awal-awal seng omba. Tapi akhir-akhir su mulai omba,” akuinya.
Meski begitu, dirinya tidak menyangka secepat itu tambatan perahu yang merupakan icon negeri berteong Ama Iha Ulupia itu akan roboh.
“Jembatan itu belum diserahtrimakan ke negeri/desa. Jadi masi menjadi tanggung jawab mereka yang mengerjakannya,” tegasnya.
Dirinya berharap, orang-orang yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam proses pembuatan jembatan itu cepat mengabil langkah untuk melakukan perbaikan. Hal ini mengingat tambatan perahu tersebut satu-satunya aset perhubungan negeri/desa iha maupun kulur.
“Ini aset perhubungan kita satu-satunya. Kiranya cepat dilakukan perbaikan,” pintanya.
Keterangan Penjabat Negeri Iha
Penjabat Negeri Iha, Muh Redza Latukaisupy didampingi sekretaris negeri Iha, Hasan Kaisupy menerima team Yayasan Indah wilayah Maluku. Peretemuan yang berlangsung di kediaman Penjabat Negeri tersebut digelar Sabtu (13/02) malam.
Pertemuan itu dalam rangka membahas tindak lanjut ambruknya bagian depan tambatan perahu.
Menurut penjabat, pihaknya tentu memberikan apresiasi terhadap yayasan yang telah membantu masyarakat dalam pembangunan tambatan perahu. Setelah sekian ratus tahun jembatan tersebut berkonstruksi kayu dari alam negeri Iha.
Pihaknya pun mengapresisasi komitmen yayasan untuk mengawal pasca ambruknya sebagian tambatan perahu pasca dikerjakan oleh panitia pembangunan.
“Kita tidak menyalahkan siapapun atas kejadian ambruknya bagian tambatan perahu itu. Disini, kita bicara saja bagaimana solusi,” paparnya.
Sebelumnya dikatakan, pembuatan tambatan perahu dengan konstruksi beton permanen pada tambatan itu baru pertama kali dilakukan.
Penjabat negeri mengaku, medan di wilayah tersebut cukup sulit karena terdapat palung yang curam dan bebatuan. Terlebih dengan anggaran yang tidak seberapa dan dikerjakan manual.
“Kita apresiasi karena sudah punyaperhatian. Yang ambruk ini bagian dermaga. Sementara terstelnya masih aman,” papar penjabat.
Dirinya menjelaskan, dalam Istilah konstruksi pembangunan jembatan/tambatan perahu, bagian depan yang membetang ke kiri dan ke kanan itu disebut dermaga, sementara bagian badan jembatan memiliki atap rumah kita sebut dengan trestel. Untuk penyaNgga di daratan (tumpuan) disebut kasuey.
Dirinya menjelaskan, dalam Istilah konstruksi pembangunan jembatan/tambatan perahu, bagian depan yang membetang ke kiri dan ke kanan itu disebut dermaga, sementara bagian badan jembatan memiliki atap rumah kita sebut dengan trestel. Untuk penyaNgga di daratan (tumpuan) disebut kasuey.
“katong (kita) ator saja solusinya seperti apa. Karena juga belum diserahkan jembatan itu ke ngeri/desa. Jadi proses ini, desa belum bisa berbuat banyak. Semua masih dalam tanggung yayasan,” akuinya.
Keterangan Yayasan Dalam Pertemuan Dengan Penjabat
Turaya Samal kordinator Pembina Yayasan Indah mengawali keterangannya menegaskan, pekerjaan itu bukan milik BUMN. Melainkan anggaran dana hibah PT Wijaya Karya melalui CSR.
Diakui, dirinya merupakan kordinator pembina Yayasan Wilayah Maluku. Tugasnya memantau seluruh pergerakan yayasan di Bumi Raja-Raja ini. Perihal tehnis projcet kegiatan, dibentuk team atau panitia.
Untuk pembangunan jembatan atau tambatan perahu di negeri Iha, ada panitianya. Panitia itu yang kemudian bertugas menjalankan projcet. Mulai dari pengawasan, kordinasi dan lain-lain.
“Anggaran bersumber dari CSR Perusahan Wika seniliai 780 Juta rupiah. Dihibahkan ke yayasan dalam rangka pembangunan tambatan perahu di negeri Iha. Selanjutnya, membentuk panitia untuk pelaksanaanya,” akui Turaya.
Kepada pemerintah negeri Iha, Turaya menyatakan, pihaknya tidak lepas tangan atas kejadian ambruknya bagian dermaga yang ambruk.
“Sebagai bagian dari anak negeri, pada prinsipnya tetap memberikan yang terbaik. Bagian depan jembatan akan kita tangani. Karena memang itu sudah resiko. Kita siap,” paparnya.
Turaya juga mengaku, sebelumnya, pihaknya telah membangun komunikasi ke berbagai pihak. Baik itu pemerintah desa, saniri negeri dan sejumlah tokoh adat dan tokoh masyarakat di negeri Iha Ulupia.
Komunikasi yang dibangun dengan harapan agar masyarakat Iha pada umumnya terlibat dalam pengawasan pengerjaan tersebut.
“Tidak sebatas itu, diluar kepanitiaan, juga ditetapka beberapa warga yang ikut membantu mengawasi secara langsung,” pungkasnya.*** IM