KABARTERKINI.NEWS-– Gugus Tugas Provinsi Maluku dan pihak RSUD dr M Haulussy Ambon mendapat kecaman keras dari Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB), Abu Silawane, karena tidak menerapkan protap (prosedur tetap) terhadap pasien kasus 35 yang meninggal dunia terkonfirmasi positif Covid 19, pasalnya almarhum DAS yang merupakan warga Desa Waimital tersebut dimakamkan tanpa mengunakan protap Covid-19, padahal seharusnya pasien ini sudah berstatus (ODP) disaat pihak RSUD telah mengambil swabnya sebelum ia meninggal pada Kamis 7 mei 2020.
“Saya kecam keras terhadap Gustu dan pihak RSUD Haulussy, akibat kelalaian itu sehingga membuat kepanikan masyarakat di Bumi Saka Mese Nusa semakin merajalela, bahkan kelaurga korban, sahabat dan warga lainnya yang turut hadir pada saat pemakaman,” tegas Silawane sebagaimana dikutip dari laman Siwalima online melalui telepon selulernya, Selasa (12/5).
Ia menilai Gustu Maluku dan pihak RSUD Haulussy dalam penanganan Covid-19 sangatlah buruk sebab tidak mengunakan standard pemakaman Covid-19 seperti yang dianjurkan WHO.
“Atas apa yang menjadi kesalahan besar dengan kelalaian yang dilakukan oleh Gustu Maluku dan pihak RSUD M Haulussy Ambon dalam pencegahan dan penanganan Covid-19 sangat merugikan dan membahyakan keselamatan orang banyak,” tegas Silawane.
Senada dengan anggota DPRD, salah satu tokoh masyarakat Frans Purimahua mengungkapkan, selaku masyarakat di Bumi Saka Mese Nusa dirinya kecewa dengan tidak profesionalnya Gustu Maluku dan RSUD dr M Haulussy Ambon yang bekerja teledor sehingga pasien kasus 35 asal SBB ini dimakamkan tanpa mengikuti protap Covid-19.
“Dengan keteledoran mereka dalam penanganan almarhum DAS tersebut, jangan menganggapnya hal sepeleh. Sebab dengan terkokonfirmasi positif Covid-19 almarhum, bisa mengancam keselamatan banyak orang di SBB,” kata Purimahua.
Kondisi riil yang ada saat ini masyarakat sangat resah dan dibuat bingung dengan kejadian yang ada, untuk itu Purimahua yang juga Ketua DPC Golkar SBB meminta kepada masyarakat agar tak panik dan tak boleh membuli keluarga dengan stigma seakan ini penyakit karena sebuah aib.
Ia berharap warga SBB terbuka jika ada kontak langsung dengan almarhum bahkan keluarganya, karena dengan keterbukaan itu jauh lebih baik agar ada langkah pencegahan secepatnya.*** Rdks