KABARTERKINI.NEWS– Manifestasi kesadaran bernegara atau semangat bernegara telah kembali di jiwa masyarakat Maluku.
Hal ini terekam jelas dalam pernyataan sejumlah warga yang pernah bersentuhan langsung dengan gerakan haram separatis Front Kedaulatan Merdeka (FKM) Republik Maluku Selatan (FKM-RMS), Jumaat (28/02).
Warga yang terbilang punya pengaruh bahkan eks narapidana FKM RMS dengan tegas menyatakan tolak gerakan separtis tersebut.
Penolakan ini didasarkan kepada pengalaman kehidupan sosial masyarakat daerah ini. Dimana masyarakat saat ini lebih bahagia hidup berdampingan satu sama lain tanpa harus berkonflik, daripada harus terlibat dalam pertikaian yang justru jauh lebih membuat warga sengsara.
Ketua Rukun Tetangga (RT) 006/005 Kelurahan Kudamati, Kecamatan Nusaniwe, Kota Ambon, Hengky Hiskia, bersama sejumlah pemuda lainnya di kawasan Lorong Coker mengabadikan komitmen bersama NKRI dan tolak RMS dalam video vlog.
“Kami pemuda Kudamati menyatakan sikap, menolak FKM-RMS dan mendukung NKRI sebagai harga mati,” ungkap Hengki bersama belasan pemuda dalam video yang diterima media ini.
Penolakan yang sama disampaikan Sekretaris Negeri Hulaliu Chres Siahaya.
Dia menegaskan, pemerintah Negeri Hulaliu menolak dengan tegas keberadaan FKM-RMS di negeri itu, dalam bentuk apapun.
“Kami pemerintah Negeri Hulaliu menolak dengan keras keberadaan FKM RMS di Negeri Hulaliu. FKM adalah masa lalu,” tekan Siahaya.
Dirinya menghimbau masyarakat di negeri Hulaliu untuk meninggikan nasionalisme. Meninggikan kecintaan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Basudara samua, mari katong (kita) tinggalkan hal-hal yang berbau negatif. Mari katong bagandeng tangan untuk tetap berada di dalam Negara Persatuan Republik Indonesia. NKRI Harga Mati,” tegas Chres.
Pernyataan Siahaya selaku sekretaris di negeri itu didukung pula masyarakat setempat.
Ny Yosina Noya. Yosina representasi warga Hulaliu secara tegas menolak aktifitas kelompok FKM-RMS dalam bentuk apapun.
“Mewakili warga negeri Hulaliu, tidak ada RMS di dalam negeri Hulaliu. RMS sudah berlalu. Yang ada di sini, kami berjuang untuk NKRI. Sebab, NKRI merupakan harga mati bagi kami,” akui Noya.
Penolakan Eks Napi RMS Terhadap Separatis
Selain pengalaman yang mengiris hati. Bayangan kehidupan masyarakat yang jauh lebih baik dan harmonis menjadi faktor pendorong kesadaran nasionalisme itu datang.
Apalagi dibanding harus mendukung pergerakan FKM-RMS, yang tidak sejalan dengan falsafah Pancasila dan UUD 1945.
Mantan Narapidana (Napi) FKM-RMS, Benjamin Lewaherilla, asal negeri Hutumuri.
Dirinya mengajak seluruh pemuda di Maluku untuk sama-sama hidup dalam kasih Tuhan.
Tegas dikatakan menolak keberadaan FKM RMS dalam bentuk apapun. Hidup rukun dan damai dalam bingkai NKRI jauh lebih baik daripada harus terhasut dengan isu-isu yang saling menyesatkan.
“Pemuda dan masyarakat Maluku jauh lebih bagus saling bergandengan tangan untuk hidup rukun dan harmonis seperti saat ini, agar Maluku tetap terjaga keamanan dan ketertibannya untuk selalu kondusif,” pesan Benjamin.
Benjamin mengaku telah meninggalkan dan melupakan masa lalunya bersama FKM-RMS.
“Mari sekarang kita tatap ke depan untuk membangun Maluku ke arah dan masa depan yang lebih baik, NKRI milik kita semua,” pesan Benjamin.*** RUL