Makna Natal Yang Berubah

Opini dan Artikel Pendidikan

Natal sejatinya adalah peringatan akan kasih dan keperdulian, seperti kasih Tuhan kepada manusia karena sebab itulah Ia datang ke dunia.

Kalau mendengar lagu Natal kebanyakan orang Kristen biasanya teringat akan masa kanak-kanak. Karena masa kanak-kanak tidak punya banyak pikiran, tahunya banyak makanan, banyak teman, banyak kembang api serta menghias pohon Natal dan orang tua yang mendadak tidak pelit.

Tapi setelah kita dewasa, tentu pikiran kita harus tumbuh dewasa juga. Jangan-jangan fisik kita saja yang dewasa tapi tetap berpikir seperti masa kanak-kanak tadi yang hanya berpikir untuk kesenangan sendiri.

Kalau kita mau buka mata banyak anak-anak, manula dan keluarga yang tidak bisa merayakan Natal karena tak punya apa-apa.

Tidak sedikit yang sudah membeli tiket dan menyisihkan uang jauh hari untuk pergi berlibur.

Akankah kita menikmati liburan kita dan belanja-belanja kita tanpa berbagi dengan mereka yang kurang mampu?

Jika kita enggan berbagi kasih, apakah sebenarnya yang kita rayakan?

Bergembira saat Natal sah-sah saja. Selfie-selfie saat liburan hak siapa saja. Tapi hati kita akan lebih dipenuhi kegembiraan jika kita melihat orang lain juga turut bergembira.

Selain berbagi kita juga harus mendoakan mereka yang membutuhkan. Iman adalah mata uang surgawi dan doa yang tulus mampu mengubah banyak hal yang bahkan di luar jangkauan pikiran kita.

Berdoalah bagi mereka yang tak terjangkau oleh tangan kita. Berdoa jugalah bagi mereka yang rindu merasakan suasana Natal namun berada di wilayah konflik atau hidup di bawah pemimpin yang otoriter.

Natal adalah momen rohani, bukan jasmani. Berkat juga harus berbagi, bukan pribadi.

Jika Yesus sendiri bersedia meninggalkan tahtaNya, turun ke bumi, demi manusia, tentu lucu kalau kita mengaku memperingati kedatanganNya tanpa meneruskan kasihNya.

Kita dipanggil untuk menjadi garam dan terang dunia.

“Janganlah engkau menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan mana kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna”. Roma 12:2.*** seword

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *