Ketua Sinode GPM Maluku: Pemkot Ambon Harus Punya Konsep Jelas, Rumah Ibadah Bukan Titik Penyebaran

Kabar Daerah Kabar Nasional News

KABARTERKINI.NEWS- Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Virus Corona (Covid-19) Provinsi Maluku menggelar pertemuan dengan tokoh-tokoh Agama di Lantai VI (enam) Kantor Gubernur Maluku, Sabtu (13/06).

Pertemuan tersebut tentang Penetapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Wilayah Kota Ambon, Provinsi Maluku dalam rangka Percepatan Penanganan Covid-19, sehingga perlu dilakukan edukasi dan sosialisasi Keputusan tersebut kepada masyarakat.

“Rumah-rumah ibadah tidak menjadi titik penyebaran yang ada di arena publik yang di kendalikan oleh pemerintah. karena itu kami himbau pemerintah kota harus punya konsep yang jelas bukan regulasi. Masyarakat butuh panduan, kemudian silahkan saja buat PSBB atau setan apa namanya,” tegas Ketua Sinode Gereja Protestan Maluku  (GPM) Maluku, Pdt. A.J.S Werinussa kepada media di Kantor Gubernur Maluku.

Werinussa menginginkan agar ketahanan ekonomi masyarakat Maluku sangat penting terjaga.

“Kalau mereka lapar mereka bisa ribut. Itu yang tadi saya sampaikan dengan nada yang keras, karena kami sudah stres bersama rakyat. Nama diganti-ganti mau Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PKB) , PSBB, nanti setelah ini apa lagi?, tapi tingkat penularannya tetap naik. Masa 400 jumlah penduduk saja tidak bisa kita atur dari satu daratan,” Jelasnya.

Dirinya menjelaskan tokoh-tokoh agama sudah kerja maksimal dan tidak ada satu gereja, masjid dan lainnya yang menjadi titik penyebaran. Yang ada ini aktivitas publik, ruang publik yang menjadi titip penyebaran, wewenangnya ada di pemerintah.

“Selaku tokoh agama kami membantu pemerintah dalam bentuk apapun, tapi yang penting masyarakat harus makan dan itu intinya. Pemerintah harus bisa mengendalikan aktivitas publik, mereka punya kewenangan dan mereka tahu mengendalikan aktivitas publik, ” Katanya.

“Saya tidak tahu apa motivasi pemerintah, tapi sebagai rakyat kami kasihan dengan rakyat yang mengalami tingkat penularan. Sebagai tokoh agama kami mengajak sama-sama berdoa, kita optimis untuk ada di situasi ini , angan putus asa dan tidak lupa kita berdoa untuk pemerintah sanggup melaksanakan,” Lanjut Werinussa.

Werinussa mengatakan Ia sudah mengusulkan juga kepada Kabinda, untuk memperjelas perintah, yakni dengan membuat satu gugus tugas saja.

“Kalau tidak bisa lagi, tentara dan polisi saja yang ambil alih. Karena buktinya kita sudah kerja maksimal tapi tingkat penularannya terus naik, berarti kita tidak bekerja. Bagi saya tidak serius, cuma sekedar wacana menyelesaikan masalah ini bukan wacana,” Pungkasnya.

Werinussa mengatakan ketika diumumkan tiga orang di Pasar Mardika Ambon tertular, ini merupakan kebodohan. Sebab kalau diumumkan begitu orang tidak datang lagi ke pasar, lalu orang di pasar makan apa, caranya tidak harus seperti itu.

‌”Urai pasar menjadi beberapa titik, supaya rakyat bisa hidup. Begitu juga kita lihat di PKM, jam aktivitas di per singkat sampai jm 4. Kalau jam di perpanjang maka orang tidak terburu-buru, ” Pintanya.

“Saya sudah sampaikan di gugus tugas beberapa kali, sampaikan ke pemerintah kota, kalau pasar itu arena publik. Yang menciptakan kerumunan dan tertularnya dari situ, kita buat beberapa titik di A.Y.Patti di tutup dan dijadikan pasar supaya jangan tertular, seperti di Salatiga. Yang saya maksud dan konsepnya seperti itu, tugas kita mengurai kerumunan sehingga aktivitas virus tidak tertular,” tutup Werinussa.*** RISKA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *