#AKSESJALAN- MASYARAKAT PEGUNUNGAN TANIWEL MAU MERDEKA, PAYAPO CUEK

Kabar Daerah Kabar Nasional News

KABARTERKINI.NEWS- Masyarakat daerah pegunungan Taniwel Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) masih terisolir. Akses jalan utama menuju sejumlah desa yang terletak di pegunungan kecamatan Taniwel Timur itu rusak total. Kendaran roda empat tak bisa melewati jalan tersebut jika musim penghujan.

Kalau musim panas, roda empat bisa melintas tapi dipastikan akan terjebak jika tak cekatan dan punyai skill yang mumpuni . Kendaraan roda dua pun dengan susah payah serta ektra hati-hati baru bisa mencapai daerah tersebut. Sekali lagi, jika hujan, aktivitas lumpuh total.

Akibatnya, pertumbungan ekonomi di wilayah tersebut juga ikut lumpuh. Mobilisasi masyarakat ke kota harus barjalan kaki berpuluh-puluh kilometer. Masyarakat disana seakan tengah hidup di zaman penjajahan. Keinginan untuk memerdekakan wilayahnya telah berulang kali disuarakan.

Negeri Niniari salah satu desa di pegunungan Kecamatan Taniwel Timur itu. Terdapat kurang lebih 115 kepala keluarga yang selama ini menderita. Mayoritas masyarakat menjadikan kebun sebagai sumber mata pencaharian.

Potret jalan penghubung Negeri Buria, Riring, Rumasoal Niniari, Lohia dan sapalewa itu mengiris hati bahkan makan hati. Padahal potensi Sumber Daya Alam seperti Damar, Cengkeh,pala, Cocao (coklat) dan Kenari sangat menunjang masyarakat hidup lebih baik.

Salah satu masyarakat Niniari, Jodis Rumasoal kepada tim media ini menyatakan kekecewaanya. Dirinya selaku representasi masyarakat Negeri Niniari mengaku sangat kecewa dengan pemerintahan yang saat ini dipimpin Moh. Yasin Payapo. Pasalnya, hal urgent yang telah disuarakan selama ini kepada pemerintah kabupaten SBB tapi tidak ditanggapi.

“Masyarakat di negeri kami kesulitan dalam mendistribusi hasil panenan. Kami terkendala infrastruktur jalan untuk melancarkan akses. Padahal hidup kami bergantung pada hasil kebun,” akui Jodis.

Kekecewaan masyarakat mkin menjadi-jadi ketika pernytaan Bupati Moh. yasin Payapo hanya mengaku negeri Riring diwilyah tersebut. Selebihnya dianggap tidak ada.

“Pernyataan Pak Bupati SBB di salah satu media menyatakan Kabupaten SBB hanya sampai di negeri Riring, di Kecamatan Taniwel Timur,” endusnya.

Jodis menambahkan, masyarakat telah berkomitmen untuk membuka akses jalan menuju Niniari dengan rela mengibahkan tanah. Intinya tidak ada kendala dari pihak masyarakat sebab warga telah menghibahkan tanah demi kelancaran mereka dalam beraktivitas.

“Jika dikatakan akses jalan menuju Niniari masuk dalam hutan lindung, kenapa negeri Manusa bisa padahal status wilayah sama dengan negeri Niniari,” ujar Jodis.

Jodis berharap kepada pemerintah Kabupaten Seram Bagian Barat, agar segera keluarkan masyarakat Niniari dari keterisolasian, yang tidak lain sediakan infrastruktur jalan.

“Kami masyarakat negeri Niniari berharap kepada pemerintah daerah SBB agar sikapai masalah tersebut dan tolong keluarkan kami masa keterisolasian agar kita sama sama dapat merasakan kemerdekaan,” tutupnya.*** DOD

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *