2 Momentum Sacral Dari Iha-Kulur Seram Barat Untuk Indonesia (Sebuah Refleksi Pemilu VS Puasa)

Opini dan Artikel Pendidikan

“Ramadhan 1440 Hijriah bisa menjadi bulan yang penuh berkah dan sangat menggembirakan bagi masyarakat di negeri tercinta, Iha-Kulur, kecamatan Huamual kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) khusunya, dan Indonesia umumnya. Bagaimana tidak menggembirakan, kalau bulan suci Ramdhan ini bertepatan dengan pentahapan Pemilihan Umum (Pemilu) 2019.”

KABARTERKINI.NEWS- Pemilu 2019 merupakan Pemilu serentak pertama di Indonesia dalam sejarah. Selain

memilih Presiden dan Wakil Presiden, Pemilu 2019 juga menjadi momen bagi rakyat Indonesia untuk memilih anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota.

Sebagian besar kalangan menyebut, pemilu kali ini terberat sepanjang sejarah demokrasi Indonesia.

Uniknya lagi, pemilu serentak 2019 bertepatan dengan dua momentum perayaan keagamaan yang berbeda. Pertama umat kristiani merayakan hari pascah yesus kristus. Kedua umat Muslim menjalankan ibdah puasa Ramadhan.

Tentunya pesta demokrasi kali ini terbilang unik dan menarik untuk dibuatkan catatan-catatan kaki oleh para cendikia muslim maupun kresten di seluruh Indonesia. Saya Pun tidak mau kalah untuk menulis nuansa awal Ramadhan VS Pemilu serentak 2019.

Pentahapan Pemilu Dalam Momentum Ramdhan di Iha-Kulur

Berbeda dengan di wilayah Ibu kota provinsi Maluku, Ambon maupun kota-kota besar lainnya di Indonesia.

Hangatnya ramdhan di negeri adat Iha-Kulur diantara scorsing pleno rekapitulasi suara di kota kecamatan Huamual.

Puasa di sini (Iha-Kulur) sangat jauh berbeda jika dibandingkan dengan puasa pada tahun-tahun sebelumnya.

Jika sebelumnya anak muda di negeri adat ini sibuk menyatukan presepsi untuk mencetus kegiatan usai perayaan Idul Fitri sebagai bentuk kepedulian dan meningkatkan kreativitas,. Kini, sudah tidak lagi. Saat ini, sejauh pantauan saya di hari perdana puasa, Anak muda disibukan dengan bincangan Politik.

Padahal sebelumnya, anak muda negeri Iha-Kulur sangat piawai dalam menyusun strategi menjalankan misi pencitraan kelompok usia (Lekten) di mata masyarakat.

Sebelumnya, puluhan kelompok pemuda yang tergabung dalam lektennya masing-masing seakan bersaing untuk membuat kegiatan sosial untuk masyarakat.

Mulai dari giat sosialisasi kesehatan gratis, membuka lomba baik seni maupun olah raga dan banyak lagi. Negeri Iha-Kulur ramai dan disesaki kreativitas anak muda.

Realitas yang terjadi saat ini, benar-benar bertolak belakang. Entah hanya pemikiran saja saya ataukah ini mungkin ‘butiran’ fakta.

Pelaksanaan pemilu yang ‘semarak’ ini seolah ‘mengkerdilkan’ momentum istimewa bulan Ramadhan. Fenomena ini jika diamati bukan saja terjadi di negeri tercinta saya. Fenomena ini benar benar terjadi secara nasional.

Menilisk iklan TV, Fenomena Nasional

Jika biasanya sebulan menjalang Ramadhan, ibu-ibu sibuk men-list keperluan dapur, mungkin sekarang perhatian ibu-ibu lebih kepada ‘dapurnya’ pemilu.

Komersial break di tivi-tivi seolah hanya menayangkan iklan Ramadhan ala kadarnya saja. Bahkan bisa dibilang, Youtube menjadi channel yang lebih banyak memuat konten-konten Ramadhan ketimbang program tv.

Apakah salah jika ada keinginan untuk mengkritisi sikap orang yang terlalu fokus kepada pemilu ketimbang kepada bulan suci?

Tentu, tulisan ini hanya sekedar ‘kindly reminder’ untuk semuanya. Bahwa segala sesuatu yang berlebihan tidak baik. Sikap kita untuk merayakan pesta demokrasi tidaklah salah, namun menyikapi diri untuk

menjalankan ibadah di bulan suci ini perlu dan penting. Bukan bermaksud untuk membanding-bandingkan dua moment sacral ini, namun ini lebih ke penguasaan diri dalam menyikapi setiap momentum.

Hikmah Pemilu dengan Puasa

Saya pribadi berpendapat bahwa, ada banyak hikmah yang bisa dipetik dari moment yang berdekatan antara pemilu dan puasa. Tentunya, secara umum adalah kesempatan kita untuk belajar lebih dewasa dalam menyikapi situasi politik pasca pemilu.

Semoga keberkahan Ramdhan ini diantaranya melahirkan para pemimpin terbaik bangsa. Para wakil rakyat yang makin takut akan Tuhannya. Hingga tetiap kebijakan serta tingkah lakunya kedepan selalu diridhoi Allah Tuhan Yang Maha Esa.

Harapan besar dalam dua momentum sacral ini, para pemuda sebagai ujung tombak pembangunan, dapat memaknai apa yang terjadi sepanjang petahapan Pemilu 2019 secara rasional. Serta menjadikan Ramdhan

sebagai momentum penyerahan diri secara totalitas kepada sang pencipta Allah SWT.****

Reinaldi Pikahulan (Mahsiswa IAIN Ambon Jurusan Jurnaslistik, Kader Himpunan Mahasiswa Islam).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *